Khamis, 4 Julai 2013

Taatilah Petunjuk Allah Dan Rasul-Nya


Syed Mahadzir Syed Ibrahim

Wahai orang yang memperhatikan firman Allah s.w.t, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (surah At-Tahrim: 6) Inilah peringatan dari orang yang mencintaimu, rindu kepadamu, bacalah dengan pandangan yang adil, jauh dari hawa nafsu, fikirkanlah di manakah kedudukanmu?
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingati Allah s.w.t dan pada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (surah Al-Hadid: 16)
Ingatlah, keadaanmu sewaktu kamu merasakan pedihnya sakaratul maut, yang pada saat menghadapinya Rasulullah s.a.w sebagai makhluk yang paling dicintai Allah s.w.t bersabda: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah s.w.t, sesungguhnya dalam kematian itu terdapat rasa kesakitan.” (Hadis riwayat Bukhari)
Bayangkan, kita berada di hadapan kematian ini. Malaikat Maut tepat berada di atas kepala kita. Nafas kita tersengal, nyawa kita meregang, mulut kita terkunci, anggota badan kita lemas, leher kita berkeringat, mata kita terbelalak, pintu taubat telah tertutup untuk kita, dahi kita berkeringat, di sekitar kita penuh dengan tangisan dan suara rintihan, sedang kita dalam kesedihan yang mendalam, tiada yang dapat menyelamatkan dan menghindarkan kita darinya.
Kita akan saksikan peristiwa mengerikan tersebut setelah sebelumnya kenikmatan dan kesenangan yang kita rasakan. Telah datang kepada kita ketentuan Allah s.w.t, lalu nyawa kita diangkat ke langit. Kebahagiaan atau kesengsaraankah yang kita perolehi?
Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan, pemutus segala cita-cita. Wahai orang yang tertipu oleh dunianya, wahai orang yang berpaling dari Allah s.w.t, wahai orang yang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, wahai orang yang setiap kali dinasihati, hawa nafsunya menolak nasihat ini, wahai orang yang dilalaikan oleh nafsunya dan tertipu oleh angan-angan panjangnya...
Pernahkah kita memikirkan saat-saat kematian sedangkan kita tetap dalam keadaan kita semula? Tahukah kita apa yang akan terjadi pada diri kita di saat kematian kita? Tentu saat ini kita mengucapkan dalam hati kita, “saya akan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah.”
Tidak mungkin wahai saudaraku, jika kita masih tetap lalai dan berpaling dari kebenaran hingga tiba saat-saat kematian, tentu kita tidak akan mampu mengucapkannya, bahkan kita akan berharap untuk dihidupkan kembali.
Saudaraku, tahukah bila hari kematian kita? Di mana kita akan mati? Kita tentunya tidak akan tahu secara pasti! Jadi kenapa kita menunda-nunda taubat, dan selalu berkata, “Aku akan taubat, aku akan taubat.”
Seorang ustaz telah bercerita kepada saya, “Ada seorang pemuda yang mengalami kemalangan jalan raya. Salah seorang polis segera datang ke tempat kemalangan tersebut untuk menolongnya, namun dia mendapati pemuda tersebut sudah dalam keadaan tenat. Polis itu berkata kepada pemuda tersebut, “Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah!” Pemuda itu kemudian mengangkat telunjuknya ke atas dan berkata, “Laa Ilaaha Illallah.” Lalu dia meninggal dunia.
Setelah dimandi dan disolatkan, polis tadi pergi ke rumah keluarga pemuda tersebut untuk memberitahu kepada si bapa bahawa anaknya telah mengucapkan syahadat sebelum meninggal. Polis itu berkata, “Saya membawa berita gembira untuk pak cik, bahawa anak pak cik mengucapkan dua kalimah syahadat sebelum meninggal.”
Bapa pemuda tersebut menjawab, “Kami pun memberitahu kamu, sesungguhnya anak kami tersebut baru saja bertaubat kepada Allah s.w.t sekitar dua minggu yang lalu.”
Bayangkanlah jika badan kita telah berpisah dengan roh dan kita sudah dimandikan, dikafani dan disolatkan. Setelah itu kita akan dimasukkan ke dalam kubur dengan diangkat di atas bahu, padahal sebelumnya kita menjadi orang yang mengangkat jenazah atau orang yang berziarah ke kubur.
Pada ketika itu, apa kata jenazah kita, akankah mengucapkan, “Cepat, cepat.....!” ataukah akan mengucapkan, “Hai, ke mana kamu semua akan membawaku?“
Hadis riwayat Al-Bukhari, An-Nasaa’i, Al-Baihaqy dan Ahmad: “Pada saat jenazah diletakkan di liang kuburnya dari pundak-pundak orang yang mengangkatnya, jika jenazah itu dulunya orang yang soleh, ia akan berkata, “Cepat, cepat...!” Dan apabila jenazah itu dulunya bukan orang yang soleh, ia akan berkata, “Hai, ke mana kalian akan membawaku?”
Suara ini terdengar oleh setiap makhluk selain manusia, dan jika manusia mendengarnya, nescaya ia akan pengsan. Kemudian kita akan dimasukkan ke dalam kuburan oleh orang-orang yang kita kenal. Mereka meletakkan kita ke dalam lubang bumi dan menutupi liang lahat dengan papan kemudian mereka menimbun kuburan kita dengan tanah. Lalu mereka mendoakan kita. Kemudian mereka meninggalkan kita sendirian dalam kegelapan. Di atas kita hanya ada tanah, di bawah tanah, di kanan tanah dan di kiri tanah.
Kemudian roh kita akan dikembalikan ke jasad, dan datanglah kepada kita dua malaikat yang biru kehitam-hitaman. Lalu keduanya bertanya kepada kita, “Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Siapa Rasul yang diutus kepadamu?” Maka dengan apa kita akan menjawabnya?
Jika sebelum mati kita telah bertaubat, jujur dan beriman, maka Allah s.w.t akan menetapkan iman kita pada saat itu. Allah s.w.t berfirman: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Dia menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (surah Ibrahim: 27)
Dengan demikian kita mampu mengucapkan, “Allah Rabbku, Muhammad s.a.w Rasul-ku, Islam agamaku.” Lalu terdengarlah suara dari langit, “Hambaku berkata benar, berikan dia selimut dari syurga, bukakan pintu syurga baginya!” Maka kita pun boleh mencium bau syurga, merasakan kenikmatannya, dilapangkan kubur sejauh mata memandang. Lalu datanglah kepada kita seseorang yang tampan, berpakaian indah dan beraroma wangi lalu berkata kepada kita, “Aku membawa khabar baik yang menyenangkanmu. Inilah hari yang telah dijanjikan sebelumnya kepadamu.”
Lalu kita bertanya kepadanya, “Siapakah kamu, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Saya adalah amal solehmu.”
Selanjutnya dibukakan bagi kita pintu syurga dan ditunjukkan kepada kita pintu neraka, dan amalan kita berkata, “Inilah tempatmu bila kamu berbuat maksiat terhadap Allah s.w.t, Allah s.w.t menggantikannya bagimu dengan syurga keranaku.”
Ketika kita melihat syurga, kita berkata, “Ya Rabbku, segerakan hari Kiamat. Rabbku, segerakan hari kiamat. Oh kebahagiaan, oh kesenangan, oh kemenangan...!”
Namun apabila seorang hamba meninggal – semoga Allah s.w.t melindungi kita - ia menyia-nyiakan agamanya, meninggalkan solatnya, mengejek orang-orang soleh, mengerjakan kemungkaran dan ia meninggal dalam keadaan demikian. Tahukah kita, dengan apa ia akan menjawab pertanyaan kedua malaikat tadi, “Siapa Rabbmu, apa agamamu, siapa Rasul yang diutus kepadamu?” Ketahuilah, ia akan menjawab dengan, “Hah... hah..., aku tidak tahu!”
Lalu terdengarlah seruan, “Bohong! Baringkan ia di neraka, bukakan baginya pintu neraka!” Maka ia pun merasakan panas dan racun neraka, kuburannya menghimpitnya hingga meremukkan tulang-tulangnya.
Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang berwajah buruk, berbaju lusuh dan berbau busuk, ia berkata, “Saya datang membawa berita buruk untukmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.” Ia menjawab, “Siapakah kamu? Wajahmu membawa berita buruk.”
Orang itu menjawab, “Saya adalah amal burukmu.” Kemudian orang tersebut dijadikan buta, bisu dan tuli, di tangannya ada sebatang besi, apabila sebuah gunung dipukul dengan besi itu nescaya akan menjadi debu. Orang yang banyak dosa itu lalu dipukul sekali dengan palu lalu menjadi debu, kemudian Allah s.w.t mengembalikan lagi seperti semula, selanjutnya ia dipukul lagi hingga ia menjerit dengan lengkingan yang boleh didengar oleh seluruh makhluk, selain jin dan manusia.
Kemudian dibukakan pintu neraka dan disiapkan baginya tempat di neraka. Lalu ia berkata, “Ya Rabbku, janganlah Kamu datangkan hari Kiamat, janganlah Kamu datangkan hari Kiamat!” (Hadis riwayat Abu Daud, An-Nasaa”i, Imam Ahmad dan Hakim, ia berkata bahawa hadis ini sahih menurut kriteria Al-Bukhari dan Muslim, dari hadis panjang Al-Barra bin “Azib)
Wahai calon penghuni kubur, apa yang menjadikanmu terpedaya oleh dunia? Tidakkah kamu mengetahui bahawa kamu akan meninggalkan duniamu dan duniamu akan meninggalkanmu? Mana rumahmu yang megah? Mana pakaianmu yang indah? Mana aroma wangianmu? Mana para pembantu dan keluargamu? Mana wajahmu yang tampan? Mana kulitmu yang halus? Bagaimana keadaanmu setelah tiga hari di kubur?
Ketika itu tubuhmu telah ditumbuhi ulat dan cacing; mengoyak kafanmu; menghapuskan warnamu; memakan dagingmu, masuk ke dalam tulangmu, mencerai-beraikan anggota tubuhmu, merobek sendi-sendimu; melelehkan biji matamu di pipimu... (Sebahagian ungkapan ini adalah nasihat Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang zuhud)
Cuba perhatikan, apa yang telah kita persiapkan untuk menjadikan kuburan kita sebagai taman syurga? Kemudian renungkanlah, wahai saudaraku, keadaan para makhluk yang takut dengan kedahsyatan hari Kiamat, mereka berdiri menanti datangnya penentuan dan menunggu munculnya yang memberi syafaat.
Pada saat itu orang-orang yang berdosa diselimuti oleh kegelapan yang pekat, dan dijilat oleh api-api yang membara, diperdengarkan kepada mereka suara yang mengerikan yang muncul dari neraka. Hiduplah sesuka hatimu. Tumpahkan dan hamburkan kesenangan demi kesenangan untuk memuaskan nafsumu. Katakan semahumu tentang Islam, orang-orang soleh, ketaatan dan kebaikan. Bergembiralah dan tertawalah sepuas-puasmu kepada dunia. Kelak pada akhirnya, kamu juga akan meregang di tengah sakaratul maut, dan entah bila, itu pasti menimpamu, lalu kamu mati.
Ketika itu, malaikat maut tepat berada di atas kepalamu, hatimu bergetar, nyawamu meregang, mulutmu terkunci, anggota badanmu lemas, lehermu berkeringat, matamu terbelalak, pintu taubat telah tertutup, orangorang di sekitarmu menangis, sedang kamu sendiri mengerang menerima sakit, lalu nyawamu diangkat ke langit. Pada waktu itu barulah kamu tahu pasti dan yakin bahawa selama ini kamu terpedaya. Tidak berguna lagi air mata darah, yang ada siksa, derita dan merana selamanya.

Jadi, sebelum semua itu terjadi, sebelum semuanya terlambat, selamatkanlah diri kita! Yakinilah bahawa dunia ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada akhirat, yang justeru di sanalah kehidupan yang sesungguhnya. Tempat pembalasan amal perbuatan manusia di dunia dengan seadil-adilnya. Selamatkanlah diri kita! Bertaubatlah! Dan taatilah petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ASMAUL HUSNA