Syed Mahadzir Syed
Ibrahim
Wahai orang yang
memperhatikan firman Allah s.w.t, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (surah At-Tahrim: 6)
Inilah peringatan dari orang yang mencintaimu, rindu kepadamu, bacalah dengan
pandangan yang adil, jauh dari hawa nafsu, fikirkanlah di manakah kedudukanmu?
“Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingati
Allah s.w.t dan pada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (surah
Al-Hadid: 16)
Ingatlah, keadaanmu
sewaktu kamu merasakan pedihnya sakaratul maut, yang pada saat
menghadapinya Rasulullah s.a.w sebagai makhluk yang paling dicintai Allah s.w.t
bersabda: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah s.w.t, sesungguhnya
dalam kematian itu terdapat rasa kesakitan.” (Hadis riwayat Bukhari)
Bayangkan, kita
berada di hadapan kematian ini. Malaikat Maut tepat berada di atas kepala kita.
Nafas kita tersengal, nyawa kita meregang, mulut kita terkunci, anggota badan
kita lemas, leher kita berkeringat, mata kita terbelalak, pintu taubat telah
tertutup untuk kita, dahi kita berkeringat, di sekitar kita penuh dengan
tangisan dan suara rintihan, sedang kita dalam kesedihan yang mendalam, tiada
yang dapat menyelamatkan dan menghindarkan kita darinya.
Kita akan saksikan
peristiwa mengerikan tersebut setelah sebelumnya kenikmatan dan kesenangan yang
kita rasakan. Telah datang kepada kita ketentuan Allah s.w.t, lalu nyawa kita
diangkat ke langit. Kebahagiaan atau kesengsaraankah yang kita perolehi?
Cukuplah kematian
sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata
menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan,
pemutus segala cita-cita. Wahai orang yang tertipu oleh dunianya, wahai orang
yang berpaling dari Allah s.w.t, wahai orang yang lengah dari ketaatan kepada
Rabbnya, wahai orang yang setiap kali dinasihati, hawa nafsunya menolak nasihat
ini, wahai orang yang dilalaikan oleh nafsunya dan tertipu oleh angan-angan
panjangnya...
Pernahkah kita
memikirkan saat-saat kematian sedangkan kita tetap dalam keadaan kita semula?
Tahukah kita apa yang akan terjadi pada diri kita di saat kematian kita? Tentu
saat ini kita mengucapkan dalam hati kita, “saya akan mengucapkan Laa Ilaaha
Illallah.”
Tidak mungkin wahai
saudaraku, jika kita masih tetap lalai dan berpaling dari kebenaran hingga tiba
saat-saat kematian, tentu kita tidak akan mampu mengucapkannya, bahkan kita
akan berharap untuk dihidupkan kembali.
Saudaraku, tahukah
bila hari kematian kita? Di mana kita akan mati? Kita tentunya tidak akan tahu
secara pasti! Jadi kenapa kita menunda-nunda taubat, dan selalu berkata, “Aku
akan taubat, aku akan taubat.”
Seorang ustaz telah
bercerita kepada saya, “Ada seorang pemuda yang mengalami kemalangan jalan
raya. Salah seorang polis segera datang ke tempat kemalangan tersebut untuk
menolongnya, namun dia mendapati pemuda tersebut sudah dalam keadaan tenat.
Polis itu berkata kepada pemuda tersebut, “Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah!”
Pemuda itu kemudian mengangkat telunjuknya ke atas dan berkata, “Laa Ilaaha
Illallah.” Lalu dia meninggal dunia.
Setelah dimandi dan
disolatkan, polis tadi pergi ke rumah keluarga pemuda tersebut untuk
memberitahu kepada si bapa bahawa anaknya telah mengucapkan syahadat sebelum
meninggal. Polis itu berkata, “Saya membawa berita gembira untuk pak cik,
bahawa anak pak cik mengucapkan dua kalimah syahadat sebelum meninggal.”
Bapa pemuda tersebut
menjawab, “Kami pun memberitahu kamu, sesungguhnya anak kami tersebut baru saja
bertaubat kepada Allah s.w.t sekitar dua minggu yang lalu.”
Bayangkanlah jika
badan kita telah berpisah dengan roh dan kita sudah dimandikan, dikafani dan
disolatkan. Setelah itu kita akan dimasukkan ke dalam kubur dengan diangkat di
atas bahu, padahal sebelumnya kita menjadi orang yang mengangkat jenazah atau
orang yang berziarah ke kubur.
Pada ketika itu, apa
kata jenazah kita, akankah mengucapkan, “Cepat, cepat.....!” ataukah akan
mengucapkan, “Hai, ke mana kamu semua akan membawaku?“
Hadis riwayat
Al-Bukhari, An-Nasaa’i, Al-Baihaqy dan Ahmad: “Pada saat jenazah diletakkan di
liang kuburnya dari pundak-pundak orang yang mengangkatnya, jika jenazah itu
dulunya orang yang soleh, ia akan berkata, “Cepat, cepat...!” Dan apabila
jenazah itu dulunya bukan orang yang soleh, ia akan berkata, “Hai, ke mana
kalian akan membawaku?”
Suara ini terdengar
oleh setiap makhluk selain manusia, dan jika manusia mendengarnya, nescaya ia
akan pengsan. Kemudian kita akan dimasukkan ke dalam kuburan oleh orang-orang
yang kita kenal. Mereka meletakkan kita ke dalam lubang bumi dan menutupi liang
lahat dengan papan kemudian mereka menimbun kuburan kita dengan tanah. Lalu
mereka mendoakan kita. Kemudian mereka meninggalkan kita sendirian dalam
kegelapan. Di atas kita hanya ada tanah, di bawah tanah, di kanan tanah dan di
kiri tanah.
Kemudian roh kita
akan dikembalikan ke jasad, dan datanglah kepada kita dua malaikat yang biru
kehitam-hitaman. Lalu keduanya bertanya kepada kita, “Siapa Rabbmu? Apa
agamamu? Siapa Rasul yang diutus kepadamu?” Maka dengan apa kita akan
menjawabnya?
Jika sebelum mati
kita telah bertaubat, jujur dan beriman, maka Allah s.w.t akan menetapkan iman
kita pada saat itu. Allah s.w.t berfirman: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat, dan Dia menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.” (surah Ibrahim: 27)
Dengan demikian kita
mampu mengucapkan, “Allah Rabbku, Muhammad s.a.w Rasul-ku, Islam agamaku.” Lalu
terdengarlah suara dari langit, “Hambaku berkata benar, berikan dia selimut
dari syurga, bukakan pintu syurga baginya!” Maka kita pun boleh mencium bau
syurga, merasakan kenikmatannya, dilapangkan kubur sejauh mata memandang. Lalu
datanglah kepada kita seseorang yang tampan, berpakaian indah dan beraroma
wangi lalu berkata kepada kita, “Aku membawa khabar baik yang menyenangkanmu.
Inilah hari yang telah dijanjikan sebelumnya kepadamu.”
Lalu kita bertanya
kepadanya, “Siapakah kamu, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia
menjawab, “Saya adalah amal solehmu.”
Selanjutnya dibukakan
bagi kita pintu syurga dan ditunjukkan kepada kita pintu neraka, dan amalan
kita berkata, “Inilah tempatmu bila kamu berbuat maksiat terhadap Allah s.w.t,
Allah s.w.t menggantikannya bagimu dengan syurga keranaku.”
Ketika kita melihat
syurga, kita berkata, “Ya Rabbku, segerakan hari Kiamat. Rabbku, segerakan hari
kiamat. Oh kebahagiaan, oh kesenangan, oh kemenangan...!”
Namun apabila seorang
hamba meninggal – semoga Allah s.w.t melindungi kita - ia menyia-nyiakan
agamanya, meninggalkan solatnya, mengejek orang-orang soleh, mengerjakan
kemungkaran dan ia meninggal dalam keadaan demikian. Tahukah kita, dengan apa
ia akan menjawab pertanyaan kedua malaikat tadi, “Siapa Rabbmu, apa agamamu,
siapa Rasul yang diutus kepadamu?” Ketahuilah, ia akan menjawab dengan, “Hah...
hah..., aku tidak tahu!”
Lalu terdengarlah
seruan, “Bohong! Baringkan ia di neraka, bukakan baginya pintu neraka!” Maka ia
pun merasakan panas dan racun neraka, kuburannya menghimpitnya hingga
meremukkan tulang-tulangnya.
Kemudian datanglah
kepadanya seseorang yang berwajah buruk, berbaju lusuh dan berbau busuk, ia
berkata, “Saya datang membawa berita buruk untukmu. Inilah hari yang dijanjikan
kepadamu.” Ia menjawab, “Siapakah kamu? Wajahmu membawa berita buruk.”
Orang itu menjawab, “Saya
adalah amal burukmu.” Kemudian orang tersebut dijadikan buta, bisu dan tuli, di
tangannya ada sebatang besi, apabila sebuah gunung dipukul dengan besi itu
nescaya akan menjadi debu. Orang yang banyak dosa itu lalu dipukul sekali
dengan palu lalu menjadi debu, kemudian Allah s.w.t mengembalikan lagi seperti
semula, selanjutnya ia dipukul lagi hingga ia menjerit dengan lengkingan yang
boleh didengar oleh seluruh makhluk, selain jin dan manusia.
Kemudian dibukakan
pintu neraka dan disiapkan baginya tempat di neraka. Lalu ia berkata, “Ya
Rabbku, janganlah Kamu datangkan hari Kiamat, janganlah Kamu datangkan hari
Kiamat!” (Hadis riwayat Abu Daud, An-Nasaa”i, Imam Ahmad dan Hakim, ia berkata
bahawa hadis ini sahih menurut kriteria Al-Bukhari dan Muslim, dari hadis
panjang Al-Barra bin “Azib)
Wahai calon penghuni
kubur, apa yang menjadikanmu terpedaya oleh dunia? Tidakkah kamu mengetahui
bahawa kamu akan meninggalkan duniamu dan duniamu akan meninggalkanmu? Mana
rumahmu yang megah? Mana pakaianmu yang indah? Mana aroma wangianmu? Mana para
pembantu dan keluargamu? Mana wajahmu yang tampan? Mana kulitmu yang halus?
Bagaimana keadaanmu setelah tiga hari di kubur?
Ketika itu tubuhmu
telah ditumbuhi ulat dan cacing; mengoyak kafanmu; menghapuskan warnamu;
memakan dagingmu, masuk ke dalam tulangmu, mencerai-beraikan anggota tubuhmu,
merobek sendi-sendimu; melelehkan biji matamu di pipimu... (Sebahagian ungkapan
ini adalah nasihat Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang zuhud)
Cuba perhatikan, apa
yang telah kita persiapkan untuk menjadikan kuburan kita sebagai taman syurga?
Kemudian renungkanlah, wahai saudaraku, keadaan para makhluk yang takut dengan
kedahsyatan hari Kiamat, mereka berdiri menanti datangnya penentuan dan
menunggu munculnya yang memberi syafaat.
Pada saat itu
orang-orang yang berdosa diselimuti oleh kegelapan yang pekat, dan dijilat oleh
api-api yang membara, diperdengarkan kepada mereka suara yang mengerikan yang
muncul dari neraka. Hiduplah sesuka hatimu. Tumpahkan dan hamburkan kesenangan
demi kesenangan untuk memuaskan nafsumu. Katakan semahumu tentang Islam,
orang-orang soleh, ketaatan dan kebaikan. Bergembiralah dan tertawalah
sepuas-puasmu kepada dunia. Kelak pada akhirnya, kamu juga akan meregang di
tengah sakaratul maut, dan entah bila, itu pasti menimpamu, lalu kamu mati.
Ketika itu, malaikat
maut tepat berada di atas kepalamu, hatimu bergetar, nyawamu meregang, mulutmu
terkunci, anggota badanmu lemas, lehermu berkeringat, matamu terbelalak, pintu
taubat telah tertutup, orangorang di sekitarmu menangis, sedang kamu sendiri
mengerang menerima sakit, lalu nyawamu diangkat ke langit. Pada waktu itu
barulah kamu tahu pasti dan yakin bahawa selama ini kamu terpedaya. Tidak
berguna lagi air mata darah, yang ada siksa, derita dan merana selamanya.
Jadi,
sebelum semua itu terjadi, sebelum semuanya terlambat, selamatkanlah diri kita!
Yakinilah bahawa dunia ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada akhirat, yang
justeru di sanalah kehidupan yang sesungguhnya. Tempat pembalasan amal
perbuatan manusia di dunia dengan seadil-adilnya. Selamatkanlah diri kita!
Bertaubatlah! Dan taatilah petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan