Khamis, 4 Julai 2013

Abbas Ibnu Firnas, Jabir Ibnu Hayyan Dan Ibnu Sahl (Tiga Ilmuan Penemu Teknologi Pembuatan Gelas)


SMAHADZIR

SENI membuat gelas merupakan salah satu pencapaian yang pernah dicatatkan peradaban Islam di era keemasan. Jauh sebelum Islam ada, industri gelas telah dikembangkan peradaban Mesir, Mesopotamia dan Suriah. Namun, pada era kejayaan Islam, industri gelas tumbuh pesat di sejumlah kota Islam.

Menurut Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam buku yang berjudul Islamic Technology: An Illustrated History, pada era kekhalifahan, industri gelas tidak hanya tumbuh subur di sentra-sentra penghasilan peninggalan peradaban lama. Sentra industri gelas juga bermunculan di sejumlah kota Islam lainnya.

‘Penemuan gelas peninggalan Islam yang kini tersebar di berbagai Museum di dunia mencerminkan karakter gelas yang unik dari tiap pusat pembuatan,’ ujar Al-Hassan dan Hill. Salah satu gelas berkualiti tinggi yang sangat masyhur pada abad ke 9 Masehi dibuat di kota Samarra – sekarang Iraq. Namun, ujar Al-Hassan, Samarra bukanlah satu-satunya kota penghasil gelas berkualiti tinggi di wilayah Iraq. Di kawasan itu juga terdapat pusat penghasilan gelas terkemuka seperti Mosul, Najat dan Baghdad. ‘Di Suriah, gelas dari Damaskus terkenal sepanjang sejarah Islam, meski terdapat pusat-pusat lain di Aleppo, Raqqa, Armanaz, Tyre, Sidon, Acre, Hebron dan Rasafa,’ ungkap Al-Hassan.

Di kawasan Mesir juga bermunculan kilang gelas, seperti di Iskandariah dan Kaherah. Wilayah lainnya yang dikuasai Islam yang terkenal sebagai pengeluar gelas adalah Parsi, Sepanyol dan Afrika. Menurut Al-Hassan, gelas buatan Suriah tetap menjadi primadona, sehingga berkembangnya industri gelas di Venesia pada abad ke 13 Masehi. Berkembangnya industri gelas di dunia Barat tidak lepas dari pengaruh dari dunia Islam. Menurut Al-Hassan dan Hill, peradaban Barat melakukan pemindahan teknologi pembuatan gelas dari dunia Islam. Pada abad ke 11 Masehi, para pembuat gelas asal Mesir sempat mendirikan kilang gelas di Corinth, Yunani.

Pakar teknologi pembuatan gelas dari dunia Islam ke Barat juga terjadi pada abad ke 13 Masehi, ketika penjajah Mongol membawa begitu banyak pembuat gelas dari Damaskus dan Aleppo untuk bekerja di pusat pembuatan gelas di Barat. ‘Pemindahan teknologi juga terjadi paska-Perang Salib,’ ujar Al-Hassan dan Hill.

Pembuatan gelas akhirnya dikuasai Venesia pada abad ke 13 Masehi, setelah disepakati perjanjian pengalihan teknologi yang disusun Bohemond VII, dari Antioch dan Doge of Venice, pada Jun 1277 Masehi. ‘Melalui perjanjian itu, rahsia pembuatan gelas dibawa ke Venesia, bahan baku dan pembuat diimport dari Suriah.’ Setelah menguasai teknologi pembuatan gelas, Venesia berupaya menjaga rahsia teknologi itu dengan ketat. Venesia melakukan monopoli pembuatan gelas di Eropah. Baru pada abad ke 17 Masehi, teknologi pembuatan gelas diketahui Perancis. Fakta itu membuktikan bahawa jauh sebelum Barat menguasai teknologi pembuatan gelas, peradaban Islam telah lebih dulu menggenggamnya.

Seakan ingin menutupi kejayaan yang pernah dicapai umat Islam, para pakar gelas di Barat selalu menonjolkan kemewahan seni pembuatan gelas di Eropah. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang dikuasai Barat, waktu ini, merupakan hasil pemindahan pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam. ‘Apa yang dilakukan para pakar kaca atau gelas Barat sungguh tidak adil, kerana menyembunyikan nilai-nilai seni gelas Islami serta menihilkan pencapaian yang sesunguhnya,’ cetus Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul Islamic Glass Treasure: The Art of Glassmaking in the Islamic World.

Berbicara mengenai sejarah seni pembuatan kaca, prestasi gemilang yang telah ditorehkan dunia Islam tidak boleh dilupakan. Para seniman Islam telah memberi sumbangan yang begitu besar dalam pembuatan gelas. Menurut Rubin, para seniman Islam itu telah mencipta bentuk dan pola baru dalam teknik pembuatan kaca atau gelas. ‘Para seniman Islam telah melahirkan roh serta semangat artistik baru dan pendekatan seni Islam,’ ungkap Rubin. Stefano Carboni dan Qamar Adamjee dari The Metropolitan Museum of Art dalam tulisan berjudul Glass from Islamic Lands memaparkan, dari abad ke 7 hingga 14 Masehi, penghasilan gelas didominasi oleh negeri-negeri Islam.

Tidak hanya itu, inovasi serta teknologi yang digunakan untuk menghasilkan gelas atau kaca di era kekhalifahan begitu tinggi. ‘Inilah fasa yang gemilang dalam seni pembuatan gelas serta kaca,’ ujar Stefano dan Qamar Adamjee. Teknik serta teknologi pembuatan gelas yang diciptakan peradaban Islam dapat dipelajari dengan lebih baik berasaskan teknik manipulasinya. Beragam teknik pembuatan gelas di dunia Islam yang mudah dipelajari itu begitu berpengaruh terhadap dunia Barat. Pada abad ke 17 Masehi, peradaban Barat menyerap beragam teknik pembuatan gelas itu dari peradaban Islam. Sayangnya, setelah menguasai teknik dan teknologi pembuatan kaca atau gelas, peradaban Barat lalu berupaya menyembunyikan pencapaian yang dicipta umat Islam.

Sejarah mencatatkan, sejak abad ke 9 Masehi, seni pembuatan kaca di dunia Islam sudah menemui bentuknya dan mulai berani tampil berbeza. Laiknya pembuatan seramik, dekorasi arkitektur dan barang-barang dari kayu, seni pembuatan gelas pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai menampakkan rasa serta nilai-nilai seni Islam. Meski proses imitasi dari gelas Romawi masih berlangsung, namun para seniman Islam mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas dengan corak dan gaya artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai keislaman. Elif Gokcidge dalam tulisannya yang berjudul Fragile Beauty Islamic Glass, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada period itu adalah kaca dekorasi relief-cut dengan teknik cold-cut.

Para seniman Islam cuba menampilkan efek cameo (batu berharga yang latar belakangnya berwarna lain). Selain itu, gelas yang dibuat juga sudah memiliki dua lapis warna berbeza. Corning Ewer merupakan salah satu gelas cameo yang sangat indah yang diciptakan para seniman Islam. Memasuki abad ke 11 Masehi, barang pecah belah yang berwarna-warni serta dilapisi hiasan mulai menjadi trend di dunia Islam. Hiasan dalam gelas pada era itu tidak hanya dicetak namun juga sudah dipahat. Motif bunga-bunga serta gambar haiwan dan manusia menjadi ciri khas hiasan pada kaca atau gelas di abad itu.

Salah satu pencapaian yang terpenting dalam sejarah pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam terjadi pada abad ke 13 Masehi. Kala itu, secara mengejutkan para seniman pembuat gelas di Mesir dan Suriah sudah mempu membuat kaca atau dengan dilapisi warna-warna polychrome untuk pertama kalinya.

Pada abad ke 14 Masehi, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrinya lebih menonjol. Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah. Citarasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan corak flora dan geometri itu tampak pada lampu gantung, vas bunga, serta botol-botol yang dihasilkan waktu itu.

Abbas Ibnu Firnas (810-887)

Nama lengkapnya adalah Abbas Qasim Ibnu Firnas. Orang Barat biasa memanggilnya dengan sebutan Armen Firman. Hakikatnya, dia begitu populer sebagai perintis dalam dunia penerbangan. Ilmuan yang dilahirkan di Ronda, Sepanyol pada tahun 810 Masehi itu dikenali sebagai ahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang- barang berteknologi baru waktu itu.

Salah satu penemuannya yang terbilang amat penting adalah pembuatan kaca silika serta kaca murni tidak berwarna. Ibnu Firnas juga dikenali sebagai ilmuan pertama yang menghasilkan kaca dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab, Al-Buhturi (820-897). Described the clarity of such glass, ‘Its colour hides the glass as if it is standing in it without a container.’

Sarjana Islam yang hobi bermain muzik dan berpuisi itu hidup sewaktu pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia. Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba waktu itu dia melakukan ujicuba terbang dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan ‘sayap’ yang dipasangkan di tubuhnya.

Jabir Ibnu Hayyan

Tidak kurang dari 200 buku berjaya dituliskannya. Sebanyak 80 buku yang ditulisnya itu mengkaji dan mengupas selok-belok ilmu kimia. Atas prestasinya itu, ilmuan kebanggaan umat Islam yang bernama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan itu dicatatkan sebagai pengasas kimia moden. Ilmuan yang dilahirkan di Tus, Khurasan, Iran pada 721 Masehi itu juga turut bersumbangan mengembangkan kaca atau gelas. Pada abad ke 8 Masehi, pakar kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tidak kurang dari 58 resepi asli untuk menghasilkan gelas atau kaca berwarna. Rumusan pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua buku yang dituliskannya selama hidup.

Dalam buku Al-Durra Al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl, dia mengupas sebanyak 46 rumusan atau formula untuk menghasilkan kaca atau gelas dari sudut pandang kimia. Sebanyak 12 resepi atau rumusan pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam buku Al-Marrakishi.

Ibnu Sahl


Nama lengkapnya dalah Abu Sa’d Al-’Ala’ ibnu Sahl (940-1000). Dia adalah pakar matematik Islam sekaligus jurutera yang mengkaji kajian tentang optik. Dia mendedikasikan dirinya di istana kekhalifahan di Baghdad. Sekitar tahun 984, dia menulis risalah berjudul On Burning Instrument. Dialah ilmuan yang pertama kali menjelaskan tentang cermin parabola. Atas sumbangannya itu, dunia Islam tercatat sebagai yang pertama mencipta kaca cermin yang jelas.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ASMAUL HUSNA