Puisi
Dari Banting Ke Kota Medan
Dari Banting ke kota Medan,
kujinjing harapan dalam genggaman erat tangan isteriku,
dari tanah sejarah Jugra kampung halaman,
menyeberang selat dan laut,
tinggalkan tanah air bumi kelahiran,
tempat nelayan dan petani menggarap tanah sebidang,
demi hidup hari mendatang,
dalam debar yang panjang.
Di negeri jiran bumi nusantara
kota Medan menguntum senyum memanjang,
mesra melambai menggamit ucapan selamat datang,
akan kujalinkan jaring mimpi menjadi bulan,
akan kujadikan gebar matahari menjadi malam,
biar gelintin diapung sinar cahaya,
untuk hari-hari esok,
yang bakal kuseka awan kehidupan.
Isteriku seorang perempuan ramah dan mesra manja,
dulunya gadis hingusan desa pingitan tak pernah berdandan,
ditinggal kampung halaman membina mahligai impian,
ditinggalkan semuanya di hujung pedalaman,
dan sudah ditukar mimpi dengan kenyataan,
hidup harus diperjuangkan,
padi bernas di ladang akan ditampi ke dalam gantang.
Kota Medan diterjah dalam keringat mencari jejak,
di sini arwah bapa pernah beristeri lagi,
yang dulunya sukar dalam gelut payah kerja,
untuk sebuah keluarga,
di kota Medan ini aku akan menukar mimpi menjadi kenyataan,
perih seluruh rasa menggelodar juzuk jiwa,
bulan dan matahari hilang entah ke mana
alam kembali temaram gelap, perlahan kian pekat,
kian pekat mengubur segenap harap.
SMAHADZIR
Medan, Indonesia
27 Mei 2013
Medan, Indonesia
Riwayat Tano Ponggol Pulau Samosir
Cerita rakyat Indonesia pelbagai ragam,
tentang Tano Ponggol diukir tangan,
berasal dari Kabupaten Samosir,
disebut Tano Magotap,
memisahkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera,
di Barat Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Wilayah Sumatera Utara.
Sebelum penjajahan Hindia Belanda,
Pulau Samosir bersatu dengan Sumatera,
hanya Samosir,
tahun 1900-an dijajah Belanda,
Ratu Willhelmina berkuasa,
kerja paksa menggali tanah hujung Tajur hingga ke Sitanggang Bau,
rodi yang sangat menyedihkan,
tanpa gaji, dikawal ketat dengan ancaman senjata,
diarah ke kepala para pekerja.
Danau Toba sebelah utara dan selatan akhirnya bersambung,
tiada lagi daratan penghubung Samosir-Sumatera,
muncullah Tano Ponggol,
Samosir menjadi Pulau Samosir dikeliling Danau Toba,
dihubungkan Jambatan Tano Ponggol.
Ratu Willhelmina perasmi Tano Ponggol,
lalu disebut Terusan Willhelmina,
demikian pengakuan orang-orang tua,
sejak kemerdekaan, Tano Ponggol tempat popular,
transit perdagangan hasil bumi dari Samosir,
tujuan kota dagang kecil Haranggaol setiap Isnin,
Tigaras setiap Jumaat,
kenderaan tasik - solu-solu penumpang Tomok - Ajibata,
lalu-lalang kapal dimanfaatkan masyarakat,
untuk berdagang jagung bakar.
SMAHADZIR
Pulau Samosir, Sumatera Utara
27 Mei 2013
Pulau Samosir
Puisi
Kala Menanti Senja Di Danau Toba
Kebiruan air yang mengalir, tasik biru ini disebut Toba,
mesranya dalam semilir angin melambai dan mencium pipi,
selembut telapak tangan isteri yang manja di malam pengantin,
tasik ini tak pernah mati, mengalir dan membawa seribu makna,
manusia yang datang dengan sejuta rencam perasaan yang membelit kalbu,
ada airmata yang mengalir kala melihat sejuk damainya kebiruan air,
bergelombang kecil menghanyutkan nestapa dan lara ke hujung horizon alam,
di sini ada resah yang tenggelam, ada gundah yang terpempan,
ada rezeki yang melimpah, ada harapan yang pasrah.
Tasik ini hidup bersama air yang dicintai tanpa mencintai,
kerana cinta bukanlah dengan air mata tetapi kudrat yang nyata,
gemercikan air yang berenang melantun tebing,
bagaikan belaian kasih pemecah kesunyian,
ada unggas yang berterbangan dari seratus bukit penjaga Danau Toba,
mengelilingi tasik, berdiri gagah perkasa menambah keindahan alam Sumatera.
Bayu belai rindu, dalam dakapan dingin malam,
melarutkan semua rasa yang ada bersama isteri tercinta,
bersama derasnya pengharapan, penantian, mengasak kerikil penantian,
biarlah rasa bermuara bak pantai memeluk ombaknya,
melepaskan rindu dalam kebersamaan kasih setia,
di tepian Danau Toba kala menanti senja.
Di sini aku ingin melepaskan jerih renyah kehidupan,
yang membelit dan merajalela,
inginku benamkan segala resah ke dasar danau,
biar dibalut selut dan pepasir damai,
sebelum subuh menggamit hari.
SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera
25 Mei 2013
Senja di Danau Toba
Puisi
Nyanyian Angin Di Danau Toba
Suara-suara nyanyian itu datang dari jauh,
membentur gunung kukuh yang melengkung tasik,
dan merayap di lubang angin,
suara-suara nyanyian itu seperti datang dari seberang benua,
menumpang kapal bersauh,
aku mendengar sayup-sayup di kejauhan,
keasyikan mengamati riak air yang bergelombang kecil,
anak-anak ikan yang menggeliat-geliat di tasik,
yang merentangkan sirip-siripnya, menggoyangkan ekornya,
ada seorang gadis berambut jagung,
bermata biru cantik, berkalung manik-manik aneka warna,
takjub memandang alunan bersisik.
Anak-anak ikan berdada putih bermulut kecil,
gerakannya gesit dan ringan secepat mulutnya meratah makanan,
biru bening sedikit jingga memantul-mantul dibuai embun,
aduhai, alangkah indahnya.
Aku kian akrab dengan nyanyian angin,
suara-suara nyanyian itu terdengar amat lirih,
serupa desiran pawana menepuk-nepuk kain jendela,
aku termangu di bibir tasik menyaksikan anak-anak ikan putih berkejaran,
aku melepaskan daun-daun kecil aneka warna,
aku ingin jadi angin yang bersenandung di Danau Toba.
SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera
Danau Toba
Puisi
Mentari Danau Toba
Mentari yang
diiring senja menuju sebalik bukit tua,
cahayanya
menerang berkaca pada air yang tenang,
di sini aku berdiri
di samping deretan kapal-kapal kecil,
milik penghuni
setia Danau Toba,
sepasang burung
rangkok menari di atas tebing tinggi,
memanggil rakan
ajak berdansa,
di permukaan air
sebuah kapal telah tiba,
dari sana di hujung
Samosir,
perjalanan sudah
usai, enceng gondok,
tetap saja
melambai menafkahi senyuman,
untuk dikenang.
Jangan lagi bergelombang
menghempas tebing,
mereka yang
datang dari dalam dan luar negeri,
hadir untuk
menjadi saksi cerita riamu,
kau bentangkan
luas hiasan biru yang saujana,
mengitari bukit
barisan gagah yang memadu,
menjamah
pengunjung setia yang ingin bertamu,
hidupmu tinggal
sebatang kara sejak sekian lama,
tak kenal lelah memberi
selaksa asa,
pada pandangan
mata yang belum sirna.
SMAHADZIR
Danau Toba,
Sumatera
25 Mei 2013
Mentari Danau Toba
Puisi
Gadis Kecil Tepian Danau
Toba
Gadis kecil enam tahun, duduk di tepian tasik,
taman bunga kekuningan,
burung gereja berkepak kabur,
angin bersiut kelopak bunga kertas gugur,
tasik berpendar, garis-garis melingkar,
batu diam rumput bergoyang,
biji bunga matahari gugur ke tanah,
matahari mengelusnya ramah,
pagi merekah, biji kapas terbelah,
gadis kecil itu tersenyum ramah.
Gadis kecil itu duduk di tepian tasik,
tatapan matanya rembulan,
ke mana burung-burung gereja pergi,
ke mana bunga kertas yang gugur setelah dipeluk
bumi,
sehelai daun lebar kuning perang terpelanting
mencapai tepian tasik,
air beriak, burung berarak, di langit,
di langit tanpa batas,
gadis kecil itu menengadah.
Waktu pagi masih menyimpan kabut,
sisa embun awal musim panas menitis dari genting
satu-satu,
menitis pula di pucuk daun bunga kertas,
gadis kecil itu melemparkan dedaun kering ke dalam tasik,
air berkocak seketika, ikan-ikan berpesta.
gadis kecil itu tertawa kecil nampak barisan
giginya,
putih, coklat, putih, satu dua geripis,
dia mengangkat bahu, dua tangannya melintang di
pinggang.
gadis kecil itu tersenyum sebelum melangkah pergi.
SMAHADZIR
Danau Toba,
Sumatera
25 Mei 2013
Danau Toba yang beralun tenang
Puisi
Ceritera Patung Sigale-gale
Kisah
Sigale-gale terpatri legenda,
ada seorang raja
sangat bijaksana,
tinggal di
wilayah Toba,
ada seorang
anak, Manggale namanya.
Pada suatu hari
meletuslah perang,
raja menyuruh Manggale
melawan musuh yang datang,
anak Raja tidak
berpengalaman,
terkorban menjadi
mangsa pertempuran.
Baginda raja sedih
mengenangkan,
satu-satunya
anaknya sudah menghilang,
lalu gering
baginda pun menjelang,
penasihat
kerajaan memanggil dukun dan pawang,
usulan pawang dipahat
di kayu sebatang,
jadikan patung
menyerupai wajah Manggale yang malang,
dan saranan pun
dilaksanakan orang,
di sebuah hutan
melintang.
Patung dipahat selesai
dilaksanakan,
upacara
pengangkatan Patung Manggale ke istana kerajaan,
memanggil roh
Manggale, pawang meniup sordam,
dimasukkan ke
dalam tubuh patung kayu sebatang.
Setelah
rombongan tiba di istana,
baginda raja pun
pulih dari penyakitnya,
kerana melihat
patung seperti wajah anakanda.
Inilah asal usul
patung Sigale-gale,
patung putera
seorang Raja bernama Manggale.
SMAHADZIR
Pulau Samosir,
Sumatera Utara
27 Mei 2013
Patung Sigale-gale
Puisi
Semalam Di Parapat View Hotel
Dari tingkap
bilik, sajian panorama malam amat indah,
sinaran lampu
dan cahaya bulan bintang berkilauan,
menyinari
permukaan tasik, menggoda perasaan,
feri-feri
penumpang, kolek-kolek penangkap ikan dan kapal-kapal pesiaran,
bersimpang-siur
meredah kepekatan malam,
di atas
permukaan tasik,
satu suasana
yang aktif,
usaha manusia mencari
penghidupan tersendiri,
Danau Toba tasik
pelancongan,
juga tasik warga
menggarap rezeki.
Bermalam di sini
bermimpikan senandung bidadari,
yang berdendang
dari tengah tasik,
Danau Toba yang
bersisik kencana,
ada deruan
semilir pawana dan kocakan riak yang menampan tebing,
segalanya
mendamaikan bersama bisikan sang unggas,
merona ceria
rasa yang duka,
sekian lama di
gebar nestapa.
Di Parapat View
Hotel ada cerita suka yang membebat kisah-kisah lara,
ada senyum tawa
rakan-rakan yang berkelana,
ada gurau senda
dan pelukan manja isteri tercinta,
di sini adalah
syurga parawisata dan aku adalah hamba-Nya,
yang pasrah
ingin menikmati wisesa keagungan-Nya,
yang wujud di
serata pelosok nusantara.
SMAHADZIR
Parapat View
Hotel, Sumatera Utara
25 Mei 2013
Parapat
Istana Maimun
Istana kebesaran
Kesultanan Deli,
warna kuning seni
bina Melayu di pesisir timur,
mercu tanda
terkenal Medan, ibu kota Sumatera Utara,
dirancang arkitek
Itali tahun 1888,
masa
pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah.
Tersergam megah
di Jalan Brigjen Katamso,
Istana Maimun
dipengaruhi pelbagai kebudayaan,
Melayu, Sepanyol,
India, Itali, dan Islam,
Meriam Puntung
peninggalan sejarah kerajaan Deli,
arah ke timur
berdiri Masjid Raya Medan,
arkitek menawan
daya tarik wisatawan sangat mengagumkan.
Di balairung menghadap
singgahsana berwarna kuning,
kristal
menyalakan lampu singgahsana,
bentuk budaya
Eropah,
ruangan penobatan
Sultan Deli,
pola arkitektur
Belanda pintu dan jendela, lebar dan tinggi,
pintu bergaya
Sepanyol unik tersendiri,
prasasti marmar
di depan tangga,
huruf Latin
bahasa Belanda.
Pengaruh Islam
bentuk kurva atap istana,
kurva berbentuk
kapal terbalik,
dikenali nama
Persia Curve,
sering dijumpai
pada bangunan di Turki, India dan Timur Tengah.
Sultan terakhir
Tengku Mahmud Aria Lamanjiji,
hanya berkuasa
selama lapan tahun,
Alam Shah Ibni
Al-Marhum Sultan Azmi Perkasa,
Sultan Mahmud
III Otteman Ma’amun Padrap Perkasa Alam Shah al-Haj,
ayahanda terkorban
dalam kemalangan,
tinggallah Sultan
muda bersama ibunya.
Di sebalik
kemegahan,
ada legenda
kewujudan meriam di halaman istana,
Meriam Puntung
namanya,
konon dahulu ada
puteri kesultanan Deli yang berkuasa,
Puteri Hijau
cantik jelita,
memikat hati
raja Aceh dengan wajah mempersona,
sehingga raja
Aceh pun jatuh cinta,
menginginkan
puteri menjadi pendamping hidupnya,
namun puteri
menolak segala asa.
Akhirnya berlakulah
penyerbuan ke atas Deli,
tentera Istana Maimun
dipimpin abang Puteri Hijau,
sewaktu
penyerbuan, terjadi sebuah keajaiban,
adik laki-laki menjadi
meriam,
Aceh tetap
memenangi pertempuran,
Puteri Hijau pun
dibawa lari,
sewaktu berlayar
ke Selat Melaka,
kejadian aneh
telah terjadi,
seekor naga menghancurkan
kapal raja,
konon naga jelmaan
abang puteri jelita.
SMAHADZIR
Istana Maimun,
27 Mei 2013
Istana Maimun
Puisi
Menyusur Keringat Di Kota Medan
Diapit Kabupaten
Deli Serdang di barat, timur, dan selatan
di utara dalam pelukan
Selat Melaka,
dihuni Melayu, Mandailing
dan Jawa,
juga India dan
Cina,
menyarat seluruh
pelosok ceruk rantaunya.
Berkembang dari
Kampung Medan Puteri,
dibina Guru
Patimpus tahun 1590-an,
di Tanah Deli,
dikenali ‘Medan-Deli’
pertemuan Sungai
Deli - Sungai Babura.
Sultan Iskandar
Muda,
panglimanya
Gocah Pahlawan Gelar Laksamana Khoja Bintan,
jadi wakil Aceh
di Tanah Deli,
Kerajaan Deli
mulai berkembang
mendorong
pertumbuhan penduduk juga budaya.
Zaman Belanda
Tanah Deli sejak 1658,
Sultan Ismail,
penguasa Siak Sri Indrapura,
menyerahkan Deli,
Langkat dan Serdang,
Medan jadi ibu
kota wilayah Sumatera Utara,
lapan sungai
melintasi kota,
Sungai Belawan, Sungai
Sikambing, Sungai Pulih, Sungai Badra,
Sungai Deli, Sungai
Babura,
Sungai
Sulang-Saling dan Sungai Sei Kera.
Unik Medan pada
beca motornya,
becak dayung,
beca motor bawa penumpang ke semua arah,
bemo beroda tiga
asal India, kuat bergerak menjinjing upah,
bajaj juga asal India,
toyoko nama dipindah,
bakal diganti
dengan Kancil, antik cilik dan lincah,
angkot, oplet
dan teksi tidak ketinggalan turut meriah.
Kereta api ke
Belawan utara,
Tanjungpura di
barat laut,
Binjai, Tebing
Tinggi dan Pematang Siantar tenggara,
jalan bebas
halangan Belmera,
penghubung Medan,
Belawan dan Tanjung Morawa,
lebuh raya tol
Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai, bakal ada.
Bangunan lama
senibina Belanda,
Pejabat Pos
Medan, Menara Air, Titi Gantung dan Balai Bandar Lama,
Istana Maimun,
Masjid Raya Medan,
juga rumah Tjong
A Fie,
tersergam megah di
Jalan Jeneral Ahmad Yani.
Menyusur kota Medan,
meninggalkan
nostalgia dan memorabilia,
sepanjang masa
membelai mesra.
SMAHADZIR
Medan, Indonesia
27 Mei 2013
Pasar Hindu di kota Medan
Puisi
Brastagi
Indah permai
nyaman dan damai,
senyuman Gunung
Barus menyeringai dan melambai,
tarian panorama
segar hijau mengosongkan gelutan risau,
markisa yang
merkah merah kuning membelai seribu rasa,
di Brastagi
tercatat segala kisah ceria,
sejak langkah
terdampar di perut kembara.
Kembara di
Brastagi mengundang pesona menjulang,
kuda-kuda yang
menunggu merengkek senyum tenang,
menanti
penunggang yang ingin berjuang,
kuda-kuda itu
bukan kuda perang,
hanya kuda-kuda
jinak dan manja dari kandang,
menanti
pengembara yang kesepian,
datang
bertandang menabur wang.
Di Brastagi
tetap ada bisikan angin bukit,
senandung merdu
dedaun markisa,
nyanyian nyaman
rerumput teki,
lambaian patung
peri, semua lengkap di sini.
SMAHADZIR
Brastagi,
Sumatera Utara
26 Mei 2013
Pasar buah di Brastagi
Puisi
Bumi Sumatera Utara
Langit biru
bersemi di atas wilayah nusantara,
aneka warna
ragam budaya bersemi dan merata,
Danau Toba yang
indah menjadi kebanggaan warga,
Masjid Raya dan
Istana Maimun sebagai jejak kembara,
jejeran bukit
barisan menambah anggun Sumatera Utara,
Raja
Sisingamangaraja XII yang telah berjuang,
Dr Sun Yat Sen
kebanggaan negeri,
keindahan alam
Brastagi, Sidikalang, Kabanjahe, Asahan,
menambah semarak
wajah Sumatera Utara,
etnik Melayu,
Batak, Cina, bersatu dalam kebersamaan,
Ambon menambah
rasa syukur dengan bumi Indonesia,
wilayah
kebanggaan seluruh penduduknya,
perbezaan yang
ada menambah keindahan warnanya,
PLTA Sigura-gura
menjadi berharga kencana.
SMAHADZIR
Brastagi,
Sumatera Utara
26 Mei 2013
Jalan raya yang terdapat di Sumatera Utara
Puisi
Brastagi Menggamit Perasaan
Kebun teh, tembakau
dan ladang halia,
di kiri kanan
menghala Brastagi satu fenomena menghimbau pesona,
pasar
tradisional yang sesak dan meriah berirama,
peniaga dan
pembeli di pasar rusuh dalam bauran aroma,
ramah dengan sapaan
dan wisatawan yang mesra.
Sepanjang jalan,
diri dipeluk udara
kian sejuk dan dingin,
hububan wayu
yang membelai,
wisatawan singgah
di kedai kopi tepian jalan,
menikmati
pemandangan sekitar pergunungan.
Brastagi sangat
indah, bersih dan sejuk,
kecamatan di Kabupaten
Karo, Sumatera Utara,
dipagar pergunungan
dan hutan-hutan,
pemandangan
hijau Gunung Berapi Sinabung dan Sibayak.
sayur dan
buah-buahannya – markisa,
adunan saripati
sirap, tetap membebat harap.
Eskapisme warga
Medan penghujung pekan,
primadona
Dataran Tinggi Karo,
Pasar Buah
Brastagi dikunjung ramai pencinta,
transaksi jual
beli terjadi hampir tiap masa,
Air Terjun
Sipiso-piso destinasi wisata,
menuruni lembah dan
ratusan anak tangga,
memenatkan juga,
maklumlah penulis sudah tua,
namun sepadan
landskap hijau indah di pandangan mata,
serasa melenyap
segala lelah merajalela,
apabila mencecah
airnya yang bening sejuk terasa.
Panorama Gunung
Sibayak dan Gunung Sinabung,
datanglah ke
Bukit Gundaling,
dipagar bukit-bukau
hijau terang,
etnik dominan Batak
Karo,
juga tempat
Desa Peceren,
Tasik Lau
Kawar terletak di kaki Gunung Sinabung,
Kuil Lumbhini,
replika Swedagon Wat Vietnam,
Air Terjun
Sikulikap, Muzium Pusaka Karo,
Gereja
Inkulturatif Karo Santo Fransiskus Asisi,
Rumah Gugung
(Rumah Adat Karo) tetap dalam kenangan.
SMAHADZIR
Brastagi,
Sumatera Utara
26 Mei 2013
Sibuknya warga Brastagi mencari rezeki
Puisi
Pulau Samosir Di Danau Toba
Samosir
menggamit dan menghimbau lambaian,
Dari Pelabuhan
Ajibata di Prapat menuju Pelabuhan Tomok,
atau Simanindo,Tigaras
di Simalungun,
Pelabuhan Muara
Tapanuli Utara,
menumpang feri
ke Nainggolan,
jalur darat
Jalan Tele ke Kabupaten Humbang Hasundutan,
melintas
Jambatan Tano Ponggol kolonial Belanda,
pilihlah yang
mana anda suka,
Samosir setia
menunggu sarat cinta.
Pulau Samosir - pulau
vulkanik di tengah Danau Toba,
Tasik Aek Natonang
di Desa Tanjungan,
Tasik Sidihoni
dengan Pulo Pearung di tengahnya,
di Huta
Panrnakohan Lumban Suhi,
Pulau Samosir
pulau di dalam pulau,
di dalam Pulau
Sumatera,
Sidihoni dan Aek
Natonang, tasik di dalam tasik.
Gunung Toba di
dasar Danau Toba,
akan meletus
bila-bila masa sahaja,
Gunung Sinabung
dan Gunung Sibayak,
anak Gunung
Toba.
Daerah asal
orang Batak,
di Pusuk Buhit
Kecamatan Sianjur Mulamula perkampungan pertama,
cagar budaya
berupa Rumah Si Raja Batak,
Sigale-gale objek
terkenal,
patung menari-nari
di depan mata,
khabarnya,
dahulu digerakkan kekuatan mistik,
kini Sigale-gale
digerakkan kudrat manusia.
SMAHADZIR
Pulau Samosir,
Sumatera Utara
27 Mei 2013
Pulau Samosir
Puisi
Medan
Lemparkan aku kembali
ke lorong-lorong jalan kotamu,
akan kucari
bekas kakiku dulu yang tertutup debu,
akan kucari titisan
keringatku dulu yang menyirami bumimu.
Medan, tunjukkan
aku warung-warung sajianmu,
destinasi parawisata juga syurga makanan nusantara,
wisata kuliner menggugah selera,
bawakan aku bakso atau mi sup daging,
biar aku tandangi Bakso Methodist atau Bakso Bang Iwan,
di Jalan Cik Diktiro,
daging, urat atau perut babat pilih mana yang suka,
atau tauhu isi bersalut tepung,
berinti taugeh, lobak merah dan bawang putih ditumis,
cukup enak dimakan panas,
dicicah sos istimewa, seulas cili padi.
Lemparkan aku
kembali ke lorong-lorong jalan kotamu,
inginku nikmati sate memeng, ayam, lembu dan kambing,
rempah ratusnya secukup rasa,
tekstur kacangnya kasar menyelera,
sup sum sum atau daging bakar juga jangan dilupa,
atau dorongkan aku ke daerah Setia Budi,
akan kujamah hidangan mi Aceh,
di warung Mi Aceh Titi Bobrok.
Medan, lemparkan
aku kembali ke rumah-rumah rakyatmu,
akan kucari
bayang juluran tanganku yang ghaib oleh waktu,
akan kucari
sapaku dulu yang ditiup wayu kelabu,
lemparkan, lalu
dakaplah aku ke dadamu,
biar kureguk
lagi cinta kasihmu,
kasih yang perih
menggoreskan derita,
kasih yang akrab
memberiku makna.
SMAHADZIR
Medan, Sumatera
Utara
27 Mei 2013