Jumaat, 17 Disember 2010

Sejarah Luka Yang Palsu Dan Lara

Adat Melayu itu ramah bersahabat,
namun waspada pada ciptaan helah tipu muslihat,
Melayu itu diajar menenun lembar persahabatan,
namun tidak akan sekali-kali terlupa pada bilah gunting dalam lipatan,
Melayu itu dididik membenci khabar fitnah dina nan karut,
namun tetap berhati-hati pada hadirnya musuh dalam selimut,
Melayu itu pemurah ketika memberi,
namun andai menerima jangan sampai mengemis diri,
Melayu itu kayanya pada seluhur budi,
miskinnya dari sifat meninggi diri,
Melayu itu pedomannya merendah hati tatkala diri dijunjung,
mulia hati apabila jasa murni sudah mula tinggi disanjung.
Bukan nian di hati ingin menjala prasangka,
kepada pedagang Benggali Putih itu wahai Datuk Bendahara,
tapi andai sumbang langkah dan terlalu tinggi empunya,
bukankah kita dapat menerka kebimbangan,
barangkali pada suatu hari nanti mereka bersedia memasang perangkap,
untuk menjerat kedaulatan bumi Melaka,
dengan mencipta kesulitan dan angkara.

Andai ada kekhilafan laku pada sejalur sejarah,
yang masyhur peradabannya sebuana,
inilah satu daripadanya,
pembunuhan Hang Jebat menjadikan dirinya,
tak ubah seorang sang pidana,
yang terpasung dalam jeriji keadilan yang marba,
tanpa belas dan pertimbangan nyata,
sarat duka dalam lipatan peristiwa yang mematahkan tangkai jiwa,
dirinya seperti seorang pidana yang terpenjara,
di kurungan keadilan yang tak dipancangkan pada mohornya,
derhakanya di mata jelata,
adalah amukan bermaharajalela,
meski hanya memperjuangkan keadilan,
yang menjauh dari tampuknya.

Dialah sang pidana yang terpenjara
dalam mainan emosi dan runtun hatinya,
luluh jiwa berwalang rintihnya,
betapa apa jua akan dikorbankan demi sebuah keadilan,
walau nyawa dan jiwa menjadi galang gantinya,
betapa apa jua dugaan yang menimpa,
adalah lumrah seorang pejuang kebenaran,
yang sentiasa cuba menggoyahkan paksi kepalsuan,
atas nama kesejahteraan,
betapa apa jua bentuk hukuman yang akan dihadapi,
perlu diredhai lantaran percaya,
meski pejuang kebenaran itu mati,
hakikatnya dia akan hidup seribu tahun lagi.

Demi Melaka dan kemasyhurannya,
hambalah Dang Baru - srikandi seorang pidana,
yang sering menangis sambil membebat berbondong derita,
di pasungan sejalur sejarah luka yang palsu dan lara.

SMAHADZIR
Bandar hilir Melaka
Januari 2006


sajak:
JINGGA

Telah kubawakan jingga yang kucuri dari senja
untuk mengganti warna bajumu yang telah lusuh kerana dosa
telah kubawakan jingga yang kucuri dari purnama
untuk mengganti warna kerudungmu yang pucat kerana dunia
usah kau fikirkan senja tanpa jingga
ia akan mengalah sewaktu lengkung malam mulai rebah
tidak usah kau fikirkan purnama tanpa jingga
bukankah tidak ada yang merindukan purnama itu
bukankah lebih baik jika jingga itu kucuri saja
lalu kujadikan hijab untukmu
biarlah purnama kehilangan jingga
tidakkah cahayanya telah redup oleh gemerlap lampu kota
jika jingga yang kuhantar
tidak cukup untuk membuatmu berbinar
tidak akan kucuri lagi jingga dari sang fajar

SMAHADZIR
21 Januari 2006

Tiada ulasan:

Catat Ulasan