Isnin, 16 Ogos 2010

Remaja Perempuan Memerlukan Pendidikan Seks

SMAHADZIR

MASA pancaroba bagi remaja disebut-sebut sebagai penggal atau zaman yang susah bagi ibu bapa untuk menanganinya. Kebanyakan ibu bapa mengakui bahawa memberi bekalan untuk remaja perempuan agar mereka mampu menghadapi berbagai gejolak kehidupan sebenarnya tidaklah mudah seperti yang disangkakan. Benarlah kata orang-orang tua: ‘Menjaga anak perempuan lebih susah dari menjaga lembu sekandang.’.

Meski ibu bapa sudah bersusah payah menyediakan berbagai fasiliti, termasuk pendidikan yang terbaik untuk anak perempuan mereka, namun ibu bapa takkan sanggup menghindari godaan dunia yang semakin menghadang kehidupan remaja global sekarang ini. Perkembangan teknologi komunikasi yang menyebar berbagai informasi dan hiburan budaya pop, kini semakin deras dan takkan mungkin boleh dibendung hanya dengan mengurung anak di rumah atau dengan menyediakan berbagai fasiliti canggih di rumah.

Sesuai dengan perkembangannya, anak-anak perempuan masa kini tidak mungkin dipingit seperti cerita novel Siti Nurbaya, kerana kehidupan menuntut mereka untuk tampil lebih bebas dan lebih bergaul dengan dunia luar. Dengan demikian, berbagai program darmawisata, perjumpaan di pusat-pusat rekreasi, menonton, menyertai kelab sukan, dan sebagainya sudah menjadi sebahagian aktiviti rutin remaja.

Hampir semua remaja di belahan dunia mana pun sekarang ini berada dalam situasi yang penuh godaan dengan semakin banyaknya hiburan di media yang menyesatkan. Dengan informasi yang terbatas dan perkembangan emosi yang masih labil, mereka sudah dihadapkan kepada berbagai godaan seperti filem-filem Barat yang menawarkan nilai-nilai yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya Timur.

Itulah sebabnya, seorang pemimpin di negara kita baru-baru ini sangat terperanjat ketika mengetahui ada pelajar perempuan yang terlibat dalam ‘transaksi seks’ hanya kerana dorongan seks semata-mata bukan kerana wang atau keperluan material lainnya.

Namun yang jelas dari berbagai data empiris yang ada, sebenarnya anak-anak remaja perempuan itu sangat memerlukan pendidikan seks yang benar. Diakui, sebahagian besar masyarakat memang masih meragukan manfaat pendidikan seks itu bagi remaja perempuan, namun dengan melihat semakin membengkaknya jumlah remaja yang hamil di berbagai belahan dunia, maka pandangan yang masih ragu-ragu itu agaknya perlu segera menyedarinya.

Kehamilan Tidak Diharapkan

Data terakhir, sekitar 60% kelahiran anak di kalangan remaja di dunia adalah kehamilan yang tidak diharapkan. Satu di antara remaja berusia 19 tahun tidak mempunyai akses untuk mendapat kontrasepsi. Lebih dari dua pertiga wanita di negara membangun mendapat pendidikan kurang dari sembilan tahun, demikian laporan Alan Guttmacher Institute, sebuah lembaga kajian kesihatan yang beribu pejabat di Amerika Syarikat.

‘Kehidupan anak-anak muda ini sungguh merugikan,’ ujar Jeannie Rosoff, presiden lembaga tersebut. ‘Sebahagian remaja perempuan itu terpaksa drop out, kerana harus segera menikah, dan sebahagian lagi mengalamai eksploitasi seks. Namun ramai di antara mereka yang tidak ingin menyerah pada nasib, dan berusaha untuk bangkit mengatasi hidupnya,’ tambah beliau seterusnya.

Beliau menyatakan penemuannya itu sebagai hasil perbandingan statistik dari 53 buah negara di seluruh dunia dengan jumlah penduduk sekitar 75% dari seluruh penduduk dunia. Ditemui bahawa remaja perempuan di negara membangun yang terpaksa keluar dari sekolah, sudah melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun, menikah muda dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi.

Oleh sebab itu, menurut para pakar, hanya dengan pendidikanlah dapat menyelamatkan remaja perempuan di seluruh dunia. ‘Terbukti, anak-anak yang menikah muda ternyata menurun secara drastik di negara-negara yang dengan serius mengetengahkan pendidikan dengan menyediakan akses yang cukup kepada masyarakat untuk mendapat pendidikan, sosial, kesihatan dan sebagainya,’ demikian dilaporkan oleh lembaga tersebut.

Menurut laporan lembaga itu lagi, ‘Masih di negara membangun, ramai wanita sudah mempunyai anak pertama pada usia di bawah 18 tahun, sementara wanita-wanita di desa-desa dengan pendidikan tidak menyukai kontrasepsi, dan hampir semuanya terpaksa melahirkan dan menemui risiko kehamilan yang cukup meresahkan.’

Namun masalah ini sebenarnya bukan urusan negara membangun saja. Di Amerika Syarikat, 7 di antara 10 orang remaja yang melahirkan anak adalah kelahiran yang tidak diinginkan.

Jika mereka mampu menunda beberapa tahun saja untuk mempunyai anak atau keluarga, mungkin jumlah anak akan lebih sedikit dan dapat menghindari risiko kehamilan muda, bahkan mungkin mampu menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif.

Bekalan iman, pendidikan, pergaulan yang sihat, serta hubungan yang mesra antara ibu bapa dengan anak-anak serta keterbukaan dalam keluarga merupakan elemen yang amat berharga bagi remaja perempuan agar mereka dapat meniti kehidupan dengan selamat.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan