Ahad, 31 Disember 2023

TERORISME DAJAL

SMAHADZIR

SEJAUH ini, kita sudah meninjau pelmacam gerakan Dajal, sumber terbesar perselisihan pada hari-hari menjelang kiamat, kaki tangannya, dan orang-orang seperti apa yang terperangkap olehnya. Dalam artikel ini, kita akan membincangkan soal terorisme, salah satu penyumbang terjahat dalam permasalahan ini. Walau merupakan salah satu istilah yang paling sering terdengar di dunia ketika ini, masih tidak ada kesepakatan tentang pengertian terorisme. Salah satu sebab utamanya adalah kerana orang yang dianggap sebagai teroris di satu pihak, di pihak lain dianggap sebagai pejuang kebenaran. Apapun tujuannya, tidak mungkin menganggap golongan manapun yang mengambil cara kekerasan dan menjadikan orang tidak bersalah sebagai sasaran, sebagai kebenaran. Individu-individu atau masyarakat boleh saja menginginkan sesuatu dan keinginan tersebut boleh jadi sah sepenuhnya.

Akan tetapi, kekerasan bukanlah cara untuk mencapainya. Kekuatan hanya boleh digunakan untuk pembelaan diri. dengan alasan itulah, setiap tindak kekerasan yang ditujukan pada orang yang tidak bersalah boleh dianggap sebagai tindakan terorisme. Strategi mendasar dari terorisme adalah penyebaran ketakutan, dan dengan cara tersebut, mereka mendapatkan pengaruhnya. Bukannya mengusahakan agar keinginan mereka tercapai melalui cara yang lebih damai dan masuk akal, golongan teroris malah memilih kekerasan, yang mereka anggap lebih tepat sasaran.

Menurut mereka, makin kejam dan merosakkan suatu tindak terorisme, semakin berpengaruh pula tindakan tersebut. dengan kata lain, makin dekatlah mereka dalam mencapai tujuannya. Keganasan telah menjadi persoalan besar yang mengganggu banyak negara di dunia ketika ini. Golongan-golongan yang mengambil jalan kekerasan, dan dengan keliru meyakini bahawa pertentangan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan mereka, melaksanakan tindakan-tindakan yang membawa kematian dan luka bagi ramai orang.

Salah satu sisi yang paling mengerikan dari terorisme adalah kenyataan bahawa terorisme sama sekali tidak memiliki nilai kemanusiaan dan tidak mengakui aturan apa pun. Orang-orang yang memilih terorisme itu tidak mempunyai cinta, perhatian, belas kasih dan tenggang rasa, dan hanya diperintah oleh perasaan benci, marah, dan dendam. Tanpa disedari, niat orang-orang seperti itu adalah untuk melampiaskan kemarahan mereka dan membalas dendam, tanpa memikirkan lagi akibat perbuatan mereka. Bahawasanya tindakan mereka mungkin akan mengakibatkan kerosakan, sedikitpun tidak menggetarkan nurani mereka.

Ini kerana nurani orang yang menganggap terorisme sebagai pemecahan, sudah tersumbat, hingga demikian juga akalnya, pertimbangannya, dan pengertiannya. Sekalipun demikian, menurut akhlak Al-Quran, tidak ada ruang bagi amarah. Allah SWT telah mengungkapkan bahawa selama manusia bertindak atas perasaan sendiri, seperti kemarahan, akan ada penyelewengan dan kekacauan di dunia.

dengan demikian, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk sepanjang waktu bersikap tenggang rasa, damai, dan penuh semangat persaudaraan. Ketika manusia terikat oleh akhlak yang demikian, sistem Dajal, yang didasarkan pada kekerasan, akan hancur sepenuhnya, keganasan dan kekacauan akan menghilang, dan keadaan kacau yang ketika ini menyelubungi dunia akan berakhir. Dalam sebuah ayat, Allah SWT menganjurkan akhlak tersebut, ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.’ (Al-A’raaf [7]: 199)

Orang yang Terlibat Terorisme Atas Nama Agama

Akhlak agama melarang setiap bentuk terorisme, namun demikian, beberapa golongan teroris mesih saja menyatakan mereka bertindak atas nama agama. Akan tetapi, jika seseorang melihat lebih dekat pada pandangan orang-orang yang melakukan pembunuhan atau menggunakan kekerasan sebagai jalannya, jelaslah bahawa mereka adalah orang-orang yang menyimpang.

Mereka tidak mengetahui kebenaran agama dan tidak mampu untuk hidup di dalamnya serta mengerti akhlak agama. Setiap orang yang benar-benar percaya pada kewujudan Allah SWT, yang sungguh-sungguh takut kepada-Nya, dan bersandar pada kitab yang telah diturunkan-Nya, tidak akan pernah sanggup mengambil segala bentuk tindakan yang boleh menyakiti orang-orang yang tidak bersalah dan tidak boleh membela diri.

Lantaran itulah, orang yang melaksanakan tindak terorisme dan kekerasan atas nama Islam, tidak boleh dikatakan sebagai golongan agama. Pesan sesungguhnya dari sebuah agama atau sistem pemikiran lainnya acapkali diselewengkan oleh mereka yang menamakan diri sebagai pengikutnya, atau ditafsirkan secara keliru. Hal tersebut berlaku untuk Yudaisme mahupun Kristian. Para tentera Perang Salib, sebagai contoh, adalah orang-orang Kristian Eropah yang berangkat dari Eropah pada akhir abad ke-11 dengan tujuan membebaskan Tanah Suci.

Mereka mungkin berangkat dengan tujuan agama, tetapi nyatanya mereka menyebarkan ketakutan dan kebiadaban ke manapun mereka pergi. Kebiadaban mereka, yang menyalahtafsirkan agama Kristian, yang merupakan agama cinta kasih dan tentunya tidak memberikan ruang untuk kekerasan, jelas sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama sejati sama sekali. Sebahagian besar orang yang menggunakan keganasan atas nama agama merupakan golongan-golongan fanatik yang berkaitan dengan kepercayaan penyembah berhala atau ajaran-ajaran mistik yang baru muncul, yang sama sekali bukan agama wahyu.

Golongan-golongan ini, terutama di Amerika dan Jepun, melaksanakan tindakan kekerasan yang mengerikan terhadap anggotanya sendiri dan juga orang lain. Termasuk di dalamnya golongan-golongan yang membakar diri mereka sampai mati di sebuah tanah pertanian, atau melakukan bunuh diri orang awam di tempat tidur, atau orang-orang yang menyakiti orang lain dengan melepaskan gas beracun di jaringan terowongan kereta bawah tanah di Jepun.

Golongan lainnya yang mulai menarik perhatian kerana tindak terorismenya meliputi golongan rasis fanatik seperti Ku Klux Klan dan golongan-golongan neo-Nazi. Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir ini, terlihat adanya peningkatan pemikiran rasis dan fasis di kalangan muda, yang telah menyebabkan makin meningkatnya jumlah tindak kekerasan.

Serangan-serangan yang ditujukan terhadap orang-orang Turki di Jerman beberapa tahun lalu, penyiksaan dan penyerangan yang ditujukan kepada orang keturunan Asia dan Afrika di negara-negara Eropah lainnya, dan tindak kekerasan terhadap orang berkulit hitam dan Arab masih terjadi di Amerika Syarikat hingga hari ini, semuanya boleh disebutkan di antara cara-cara yang digunakan oleh golongan seperti itu.

Tidak boleh dilupakan bahawa pada akar semua gerakan-gerakan menyimpang, baik yang dibahas dalam buku ini mahupun yang tidak, terdapat kenyataan bahawa orang-orang seperti itu telah berpaling dari akhlak agama dan telah dibesarkan tanpa pengetahuan yang benar tentang agama. Akhlak yang umum pada agama Islam, Kristian, dan Yahudi amat bertentangan dengan sistem Dajal, yang dibangunkan di atas kekerasan dan kebiadaban. Pada akar agama terdapat cinta, perhatian, dan belas kasih. Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memperlakukan sesama dengan adil, tenggang rasa, pengertian, belas kasih, dan rasa hormat.

Lebih jauh lagi, manusia diwajibkan bersikap seperti itu tanpa memandang agama, bahasa, bangsa, atau jenis kelamin dari orang yang dihadapinya. Lantaran itulah, mustahil terdapat kekerasan di dalam masyarakat tempat akhlak agama berlaku. Akhlak agama merupakan satu-satunya sistem yang dapat membimbing manusia ke arah kedamaian dan keamanan. Allah SWT mengungkapkan dalam sebuah ayat, ‘Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya, syaitan itu musuh yang nyata bagimu.’ (Al-Baqarah [2]: 208)

Tulisan-tulisan berikut berisi beberapa keterangan tentang golongan dan pertubuhan yang menganggap kekerasan sebagai hal yang normal dan perlu. Tujuan di sebalik penulisan bab ini bukanlah untuk memberikan keterangan tentang pertubuhan-pertubuhan teroris ini. Tujuannya adalah mengungkap sistem ideologi Dajal, yang memperdaya golongan-golongan ini hingga menganggap kekerasan sebagai pemecahan masalah, apapun fahamnya. Informasi yang diberikan ini amat penting dari sudut pandang penggambaran rumitnya sistem Dajal, yang ketika ini begitu meluas di dunia.

Keganasan Atas Nama Bangsa

Salah satu bahagian dari cerita sampul di majalah Time tahun 1995, adalah peningkatan pesat dalam jumlah pertubuhan rasis. Artikel ini menggambarkan bagaimana gerakan rasis bergerak di bawah tanah sejak Perang Dunia Kedua, tetapi tidak pernah menghentikan kegiatannya; meningkatnya jumlah serangan rasis pada tahun-tahun terakhir ini merupakan sebuah petunjuk tentang hal tersebut.

Perang Dunia Kedua adalah kegilaan yang dipicu oleh ideologi rasis dan fasis. Kekerasan dan pertentangan, nilai yang dianggap suci oleh fahaman-fahaman ini, dengan cepat merasuki seluruh dunia, menyebabkan kematian 55 juta korban kerana kebiadaban fasis. Walaupun pada kenyataannya kemenangan boleh diraih.

Sekutu yang bermakna fasisme berhasil dikalahkan, fasisme tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi di bawah permukaan. Secara keseluruhan, telah terjadi peningkatan yang cukup nyata dalam jumlah pertubuhan rasis dan fasis serta tindak kekerasan di dunia selama sepuluh tahun terakhir. Sementara Eropah mesti berperanan dengan tindak kekerasan yang dilanjutkan oleh gerakan neo-Nazi, Amerika Syarikat harus berurusan dengan kebangkitan Ku Klux Klan dan pertubuhan ‘keunggulan kulit putih’ semacam itu. Ketika ini, baik neo-Nazi mahupun anggota Ku Klux Klan tengah melancarkan serangan dan mendorong anggotanya untuk melakukan tindakan keganasan dan kekerasan.

Ramai orang mungkin membayangkan bahawa Ku Klux Klan melakukan sebahagian besar serangan dan penindasan terhadap orang berkulit hitam hanya pada 1920-an dan 1930-an, tetapi kenyataan itu sudah masuk keranjang sampah sejarah di zaman moden ini. Golongan Klan masih hidup. Ketika ini, di seluruh Amerika Syarikat, terdapat banyak sekali gereja Ku Klux Klan, bahkan dengan nama yang berbeza, dan banyak pertubuhan rasis yang berkaitan dengan ajaran-ajaran gereja tersebut. Gereja dan pertubuhan yang berkaitan dengannya itu tidak hanya bermusuhan dengan orang berkulit hitam, tetapi juga memusuhi semua bangsa bukan Eropah, terutama muslimin yang tinggal di Amerika, dengan mempercayai perlunya suatu kerja sama dalam perjuangan untuk menentang bangsa-bangsa tersebut. ‘Perjuangan’ tersebut meliputi pembentukan satuan-satuan bersenjata.

Bukan rahsia lagi bahawa dasar ajaran-ajaran Klan adalah bahawa bangsa kulit putih Eropah lebih unggul daripada semua bangsa lainnya, dan bahawa bangsa kulit putih tidak boleh dikotori oleh bangsa lainnya. Dalam rangka mencegah pencemaran seperti itu, bangsa lainnya tidak boleh diizinkan hidup di wilayah bangsa kulit putih. Pemikirannya adalah bahawa bangsa lain tidak mempunyai hak untuk setiap bentuk kesempatan yang dinikmati oleh bangsa kulit putih. Bangsa-bangsa ini dianggap sebagai hama yang mencuba mencemari kemurnian dan keunggulan bangsa kulit putih, dan mereka percaya bahawa segala tindakan yang perlu harus dilakukan untuk melawannya.

Pandangan Klan inilah yang menjadi dasar dari serangan-serangan yang dilakukan terhadap bangsa lain di Amerika. Pada akar pemikiran ini terdapat kebencian dan agresi, dan bukannya cinta, tenggang rasa, dan musyawarah. Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-A’raaf [7]: 199)

Warga Turki telah menderita di tangan gerakan rasis yang makin meningkatkan kegiatannya di Jerman. Rumah-rumah imigran Turki dijarah, dibakar, dan orang di dalamnya terbakar hidup-hidup oleh monster-monster yang ketuanya dipenuhi dengan ajaran-ajaran rasis. yang sering dikemukakan sebagai pembenaran ilmiah untuk pemikiran tentang keunggulan bangsa kulit putih adalah teori evolusi Darwin. Darwin telah mengemukakan bahawa bangsa tertentu, bangsa Eropah contohnya, telah berkembang melebihi bangsa lainnya selama proses evolusi.

Mereka yang berada di luar bangsa yang maju ini, dalam pandangannya, merupakan makhluk primitif yang hanya sedikit lebih baik dari kera. dengan kata lain, sementara beberapa bangsa telah melangkah jauh dalam proses evolusi, yang lain tidak beranjak jauh dari moyang primitif manusia: kera. Darwin telah tenggelam dalam prasangka berdasar bangsa tentang masa hadapan dan menulis: ‘Pada masa mendatang, yang tidak begitu lama jika diukur dalam abad, bangsa-bangsa beradab manusia hampir boleh dipastikan akan memusnahkan, dan menggantikan, bangsa-bangsa biadab di seluruh dunia. Pada waktu yang sama, kera anthropomorphous (seperti manusia), tidak disangsikan lagi telah dipunahkan. Jarak antara manusia dan sepupu terdekatnya dengan demikian makin melebar.’

Pandangan rasis Darwin ini telah menjadi pembenaran penting yang dipakai oleh kekuatan penjajahan pada masa itu untuk menyamarkan keganasan mereka. Pernyataan yang dikehadapankan oleh Darwin menggambarkan teorinya begitu menarik dari sudut pandang pengungkapan pengabaian dan prasangkanya. Dalam sepucuk surat kepada seorang ilmuwan bernama W.Graham pada tahun 1881, Darwin menyebut bangsa Turki sebagai bukti dari teorinya. Menurut omong kosong Darwin ini, bangsa Turki adalah salah satu bangsa terbelakang yang akan segera lenyap:

‘Saya boleh menunjukkan perjuangan dalam pilihan semula jadi yang telah terjadi dan telah memberi kemajuan bagi peradaban melebihi dari yang mungkin Anda akui. Ingatlah bahaya yang dialami bangsa Eropah, hanya beberapa abad yang lalu ketika hampir dikuasai oleh orang-orang Turki, dan betapa anehnya fikiran seperti itu sekarang! Bangsa Kaukasus yang lebih beradab telah memukul bangsa Turki dalam perjuangan hidup dan mati. dengan melihat dunia, tidak lama lagi nanti, betapa banyak bangsa rendah yang akan dimusnahkan oleh bangsa yang lebih beradab di seluruh dunia.’

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. (Al-Mu’minuun [23]: 96). Bahkan ketika ini, kita masih mendengar tentang gereja orang kulit hitam di berbagai negara bahagian Amerika yang dibakar, tentang serangan terhadap masjid dan surau, dan serangan terhadap anggota bangsa yang lain.

Menyusul serangan teroris terhadap World Trade Center pada 11 September 2001, khususnya, lingkaran tertentu yang telah terpengaruh dan berbagai pertubuhan sejenis telah meningkatkan serangannya. Tempat usaha, masjid, dan pertubuhan muslim di beberapa negara bahagian diserang. Pelajar muslim tidak diperbolehkan pergi ke sekolah dan anak-anak muslim diserang di jalan-jalan.

Setiap orang yang tidak kehilangan akal sihat dan fikiran yang jernih, tentu tahu bahawa dunia Islam dan muslim awam yang tidak bersalah, khususnya anak-anak, tidak boleh dianggap bertanggungjawab atas serangan yang kejam ini. (Kenyataannya, menyusul serangan 11 September, telah bangkit reaksi yang cukup mencolok dari orang-orang yang memiliki kecerdasan dan akal sihat, yang mulai memperhatikan Islam. Juga terdapat peningkatan dalam jumlah orang yang pindah agama menjadi Islam).

Di pihak lain, keadaan ini hanyalah merupakan satu petunjuk tentang bahaya yang boleh ditimbulkan oleh didorongnya kebencian yang didasarkan atas bangsa dan kepercayaan. Namun begitu, anggota Klan tentunya tidak setuju. Mereka sedang sibuk menyiapkan peranan besar antarabangsa, yang mereka percayai akan terjadi pada abad ke-21 ini.

Menyusul serangan 11 September terhadap World Trade Center, terlihat peningkatan serangan-serangan bersifat rasis di Amerika, tempat rasisme menyebar luas selama tahun 1990-an. Orang-orang tidak bersalah kehilangan nyawa dalam serangan-serangan ini, yang ditujukan pada rumah-rumah muslimin, tempat-tempat kerja dan sekolah, dengan cara yang sama seperti pada serangan terhadap World Trade Center.

Bentuk Pertentangan Bangsa

Ku Klux Klan didirikan pada tahun 1870 dan menjadi amat kuat di Amerika ketika bangkitnya Perang Dunia Pertama. Pada 1920-an, Klan mempunyai sekitar 3-4 juta anggota. Seperti semua ideologi rasis lainnya, akar fahaman dan ajaran Klan, yang dimulai dengan pernyataan bahawa ‘kami akan membunuh musuh-musuh kami ketika peranan untuk melindungi bangsa kulit putih dimulai’, merupakan pandangan bahawa bangsa kulit putih menduduki tempat teratas pada garis evolusi, sedangkan bangsa lainnya diletakkan lebih rendah di bawah, yang menyebabkan mereka mendapatkan perlakuan tidak manusiawi.

Banyak sekali jumlah orang di Amerika yang masih berpegang pada pandangan ini. Bisa dikatakan bahawa golongan-golongan ini, yang dikelola dengan nama-nama berbeza, seperti National Alliance (Aliansi Nasional), the World Church of the Creator (Gereja Dunia Sang Pencipta) dan Arian Nation (Bangsa Aria), sebenarnya beroperasi di bawah payung Ku Klux Klan. Persamaan hal terpenting dari pandangan pertubuhan-pertubuhan ini, yang beberapa di antaranya akan dibahas di bawah ini, adalah bahawa mereka tidak mempunyai keraguan atas penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuannya, dan justeru sering menganggap kekerasan dan penyerangan perlu dilakukan.

Lambang-lambang dan semboyan yang digunakan oleh golongan-golongan rasis yang aktif di Amerika Syarikat, dengan jelas menyingkap kecenderungan kekerasan dari pertubuhan-pertubuhan ini. ‘Pembersihan Etnis’ dijadikan sebuah permainan komputer yang diperuntukkan bagi kalangan muda rasis. Cara memenangkan permainan ini adalah dengan membunuh sebanyak mungkin orang dari bangsa yang berbeza. WCOTC merupakan salah satu dari pertubuhan rasis di Amerika yang semakin kuat dari hari ke hari. Organisasi menyimpang ini mengingkari kewujudan Tuhan, hari akhir, syurga dan neraka, dan juga mempunyai banyak pengikut di luar Amerika.

Pemikiran keunggulan bangsa kulit putih menjadi dasar ideologi pertubuhan ini. Dalam situs internetnya, Ben Klassen, pendiri golongan rasis ini, berkata tentang ideologi mereka, ‘Tujuan dari (agama kami) adalah: Kelangsungan Hidup, Perluasan dan Kemajuan Bangsa Kulit Putih. (Agama kami) didasarkan atas cinta: cinta pada bangsa kulit putih. dengan demikian, kami menolak malaikat dan syaitan dan dewa-dewa. Golden Rule kami secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut:

‘Bahawa apa yang baik untuk bangsa kulit putih merupakan pahala tertinggi; apa yang buruk untuk bangsa kulit putih merupakan dosa terbesar. Alam memberi tahu kita untuk peduli pada jenis kita sendiri dan hanya jenis kita sendiri. Kami tidak menganggap bangsa lumpur sebagai bahagian dari jenis kami. Negro, tidak layak lagi, berada pada dasar terendah dari tangga, tidak jauh di atas monyet dan cipanzee. Kami tidak mempunyai niat menolong bangsa lumpur untuk sejahtera, berkembang biak, dan menyesaki kami dalam tempat terbatas di planet ini.’

‘Pemikiran jahat ini, seperti yang kita lihat, telah diperlakukan sebagai agama oleh para pengikutnya; para anggotanya mengamini hal itu sepenuhnya. Namun begitu, tentunya, sama sekali tidak berdasar untuk menyebut kejahatan seperti ini sebagai sebuah agama. Akan lebih tepat jika kita namakan hal tersebut sebuah nama lain dari Darwinisme Sosial, yang ajaran utamanya adalah perjuangan pada masa hadapan menentang bangsa lainnya.’

‘Pernyataan itu sebenarnya telah dinyatakan dengan semboyan ‘Rahowa’ (Racial Holy War/Perang Suci Rasial) dan telah dianggap sebagai nilai inti oleh golongan tersebut. Dalam pidato lainnya, Ben Klassen memberitahu kepada pengikut-pengikutnya apa makna Rahowa sebenarnya dan tidak ragu untuk mengajak mereka mengangkat senjata, ‘RAHOWA!

‘Dalam satu kata ini, kita merangkul seluruh tujuan dan program, tidak hanya Church of the Creator, tetapi juga seluruh bangsa kulit putih, dan inilah dia: kita menerima halangan. Kita bersiap untuk peranan total menentang Yahudi dan seluruh bangsa lumpur bedebah di dunia, secara politik, ketenteraan, kewangan, moral, mahupun agama. Memang kita menganggap hal itu sebagai jantung dari ajaran agama kita dan ajaran yang paling suci dari segalanya. Kita menganggapnya sebagai peranan suci hingga akhir: sebuah peranan suci demi bangsa kita.’

Perang yang dinanti-nantikan antarabangsa merupakan salah satu tujuan utama dari pertubuhan Klan. Hal tersebut ditekankan dalam hampir setiap pertemuan. Selama pidato, anggota Klan dipenuhi dengan ghairah untuk berperanan, dan banyak petunjuk ke arah itu dimuat dalam tulisan-tulisan mereka.

Hasutan ke arah peranan ini, yang ketika ini sudah mencapai kedudukan mistik di antara mereka, sering dapat dilihat dalam terbitan-terbitan Klan. Sebagai contoh, jurnal Knight-Ridder, yang meliput pertemuan nasional di Kolombia, menyebutkan kalimat-kalimat berikut: ‘King adalah pemimpin dari Christian Knights (Ksatria-Ksatria Kristian), yang mengidamkan kebangkitan Ku Klux Klan... Dia menunjuk ke arah jalan tempat dia dan seorang temannya menghiasi halaman hadapan mereka dengan patung berjubah Klan. Dia berkata, ‘Perang bangsa akan datang. Klan merupakan satu-satunya harapan bagi bangsa kulit putih.’

Seperti kebanyakan pertubuhan rasis, Rahowa didirikan atas kepercayaan evolusi. Tingkat permusuhan terhadap bangsa lain seperti itu dan tidak adanya penyesalan atas penggunaan kekerasan sebagai jalannya, semuanya merupakan akibat kepercayaan pada teori evolusi. Tidak ada yang boleh mencegah seseorang yang menganggap orang lain sebagai binatang untuk menyiksa, menyerang, dan jika perlu membunuh orang tersebut. Pernyataan Matt Hale berikut ini, yang menjadi pemimpin pertubuhan setelah Ben Klassen, merupakan salah satu contoh dekatnya hubungan antara pemikiran yang mereka perlakukan seperti agama dan kepercayaan pada evolusi.

Matt Hale:

‘Tetapi kita memang binatang. Itulah masalahnya. Kita tidak menerima pemikiran bahawa kerana kita boleh berfikir dan berbicara dan berjalan di atas dua kaki lalu kita tidak terikat dengan hukum-hukum alam. Kita memang terikat.’

Kata-kata ini merupakan sebuah petunjuk tentang keanehan, pandangan berbeza pertubuhan ini tentang agama. Tentunya, agama tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kristian, yang menganjurkan kerendahan hati, cinta, dan tenggang rasa. dan, para pemimpin pertubuhan tersebut tidak ragu untuk mengakui kenyataan ini. Berikut merupakan kutipan dari wawancara Matt Hale yang menyimpulkan dengan baik pandangan mereka tentang agama.

Matt Hale: 

‘(Kita tidak perlu) agama seperti Kristian, yang menyuruh manusia untuk mencintai musuh-musuhnya, mencintai yang tidak berdaya dan lemah. Kita perlu agama yang meninggikan rakyat kita dan hanya rakyat kita sendiri. Jadi, kita perlu mengakui hal ini dan menyingkirkan pemikiran bahawa semua manusia diciptakan sedarjat dan pernyataan tolol semacam itu.’

‘Apa yang kita percayai untuk dilakukan adalah mengakhiri segala bantuan kepada semua yang bukan bangsa kulit putih. Kita percaya bahawa tanpa bantuan ini, orang yang bukan bangsa kulit putih akan dengan cepat menyusut jumlahnya. Mereka tidak boleh memberi makan diri mereka sendiri. Kita percaya bahawa sebuah dunia sempurna akan lebih dimungkinkan tercapai dengan hanya berisikan bangsa kulit putih, persaudaraan bangsa kulit putih di seluruh dunia.’

‘Kitapun percaya bahawa ketika bangsa bukan kulit putih telah disingkirkan dan bangsa kulit putih telah dipersatukan dengan ajaran yang menyokong hidup dan kehidupan seperti ajaran Creativity, akan ada perdamaian dan kemakmuran untuk rakyat kulit putih kita.’ Orang-orang yang menyatakan keunggulan satu bangsa dan mempercayai bahawa sifat-sifat mereka membuat mereka lebih unggul dari yang lain, sedang melupakan satu kenyataan penting: tidak satupun nilai-nilai tersebut yang abadi.

Setiap manusia, beriman atau kafir, cepat atau lambat akan mati, meninggalkan semua yang dia miliki di dunia ini, dan mempertanggungjawabkan dirinya ke hadapan Tuhan. Pada hari itu, tidak seorangpun akan mampu menolong yang lain, tidak ada bangsa, warna kulit, atau nenek moyang yang mempunyai nilai walau sedikit, tidak ada miliknya di dunia yang akan memberi manfaat baginya walau sedikit, dan tidak seorangpun akan mampu memberikan alasan untuk membenarkan tindakannya. Allah SWT menggambarkannya dalam sebuah ayat, ‘Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya.’ (Al-Mu’minuun [23]: 101)

Ajaran-ajaran Klan

Tulisan berikut diambil dari sebuah pidato Matt Hale pada sebuah pertemuan Klan tanggal 14 Januari 2001.

·       Mengutarakan persamaan bangsa adalah penghinaan untuk bangsa kita.

·       Kita memandang hina dan membenci penyatuan, perkahwinan antarabangsa, dan membanjirnya kedatangan bangsa bukan kulit putih ke negara ini.

·       Perkahwinan antara ras adalah dosa terhadap masyarakat kita.

·       Gerakan Hak-Hak Asasi adalah keliru bagi kita. Hal itu keliru untuk kepentingan kita.

·       Bangsa kulit putih dalam hal kecerdasan lebih unggul dari semua bangsa lainnya.

·       Ketika kemenangan kita tiba, ketika kita berkuasa di dunia ini seperti yang kita inginkan, seperti yang akan kita alami, pastilah kita akan memberi pertolongan terbaik untuk bangsa kita, yang terpandai di antara bangsa kita untuk memiliki keturunan terbanyak.

·       Masa hadapan akan menjapada masa ketika kita memiliki tanah yang putih dan kita akan mengusir bangsa lainnya.

·       Mereka akan didorong dengan paksa ke dalam perahu pengungsi, dengan sah menurut hukum! Itulah yang akan menjadi hukum.

·       Bangsa bukan putih sama sekali tidak ada maknanya. Jika mereka tergeletak dalam kolam darah, itupun sama sekali tidak ada maknanya. Apa yang saya pedulikan adalah bangsa dari keluarga saya sendiri.

·       Otak yang membuat bangsa berbeza. Tiap bangsa memiliki bentuk dan ukuran otak yang berbeza.

·       Tentang mengapa kebanyakan pembunuh berantai berkulit putih. Orang kulit putih merencanakan apa yang mereka kerjakan. Orang kulit putih sungguh-sungguh berfikir. Kebanyakan kejahatan yang dilakukan orang kulit hitam merupakan tindakan spontan. Orang kulit putih berfikir tentang kejahatan yang akan dilakukannya. Orang kulit putih terlibat jenis kejahatan tersebut kerana hal tersebut memerlukan banyak perencanaan.

Kata-kata ini dengan jelas mengungkapkan cara berfikir anggota Klan. Jenis mental seperti inilah yang memungkinkan bahkan tindakan pembunuhan berantaipun menjadi sumber kebanggaan dan kebiadaban dibenarkan atas nama keunggulan bangsa.

The National Alliance

Salah satu pertubuhan fasis yang mendapat dukungan dari kalangan muda di Amerika adalah The National Alliance (Aliansi Nasional). Organisasi ini awalnya didirikan pada tahun 1970 oleh Dr. William Pierce, seorang pensyarah muda bidang fizik pada Oregon State University, dengan nama The National Youth Alliance (Aliansi Pemuda Nasional).

Cirinya yang menonjol adalah menjadikan perguruan tinggi dan universiti sebagai sasaran. Umur keanggotaan dibatasi di bawah tiga puluh tahun. Namun selanjutnya, batasan umur dihapuskan dan sebuah pertubuhan baru diciptakan dengan nama The National Alliance. Salah satu tujuan utama pertubuhan ini adalah menekankan sangat pentingnya mendidik pemuda dengan pemikiran-pemikiran rasis. Hal itu, dipercayai, akan memungkinkan munculnya generasi mendatang yang mempunyai kesedaran akan keunggulan bangsa mereka.

Seperti semua pertubuhan rasis lainnya, The National Alliance bertujuan untuk mempertahankan keunggulan bangsa kulit putih dalam keadaan apa pun. Dr. Pierce merangkum tujuan-tujuan ini dalam sebuah wawancara dengannya pada tahun 1997: ‘Pada akhirnya, kita harus memisahkan diri kita dari orang-orang kulit hitam dan orang-orang bukan kulit putih lainnya, dan mempertahankan agar kita tetap terpisah, tidak peduli apapun yang diperlukan untuk mencapai hal itu. Pada akhirnya, kita harus mengejar mereka dan menyingkirkan mereka.’

Hal itu, tentu saja, bukanlah satu-satunya kemiripan antara The National Alliance dengan pertubuhan fasis lainnya. Seperti halnya dengan orang-orang yang percaya pada teori evolusi, hal tersebut juga jelas jelas pada The National Alliance. Tidak kira berapa ramai anggota pertubuhan yang mengaku taat beragama, pernyataan-pernyataan mereka mengungkapkan bahawa kepercayaan mereka benar-benar bertentangan dengan agama. Secara umum, pernyataan mereka adalah sebagai berikut:

‘Kami melihat diri kami sebagai bahagian tidak terpisahkan dengan kesatuan dunia di sekeliling kami, yang berputar sesuai dengan hukum alam. dengan kata paling sederhana: Hanya ada satu kenyataan, yang kami namakan Alam. Kami adalah bahagian dari alam dan berada di bawah hukum-hukum alam. Dalam cakupan hukum-hukum inilah, kami boleh menentukan nasib kami sendiri. dengan kata lain, kami sendirilah yang bertanggungjawab atas segala hal, dan untuk itu kami memiliki kekuatan untuk memilih: khususnya, dalam lingkungan kami dan untuk masa hadapan bangsa kami. Pandangan ini mungkin berlawanan dengan pandangan Yahudi.’

Seperti yang telah kita lihat, penggunaan prinsip-prinsip agama dalam pidato-pidato oleh golongan rasis dan fasis, dan usaha mereka untuk menampilkan diri mereka sebagai orang yang hidup dengan moral agama, adalah sekadar taktik tipuan. Penelitian oleh pakar sosiologi dan akademik menegaskan kenyataan ini.

Salah seorang akademik itu adalah Jack Levin, pengarah kajian tentang Kekerasan dan Pertentangan Sosial pada Boston’s Northeastern University. Levin menyatakan bahawa alasan golongan-golongan ini menggunakan sumber-sumber Alkitab adalah untuk ‘memberikan sebuah citra kebenaran agama’ untuk pesan-pesan mereka yang penuh kebencian.

Neo-Nazisme:

Sebuah Ideologi yang Didasarkan Pada Kekerasan dan Keganasan

Sementara golongan-golongan rasis dan anti-perbezaan di Amerika bersatu di bawah payung Ku Klux Klan, neo-Nazi mengambil peranan serupa di Eropah. Rasisme Eropah dimulai dengan orang-orang keras ketua di Britain, yang kemudian berubah menjadi gerakan neo-Nazi di tahun 1990-an.

Ciri utama dari golongan yang menamakan diri mereka sebagai neo-Nazi adalah, seperti juga Ku Klux Klan, mereka menyatakan keunggulan bangsa kulit putih dan menyerang orang-orang asing dan orang-orang yang tinggal di lingkungan miskin.

Gerakan neo-Nazi telah tumbuh semakin kuat dalam sepuluh tahun terakhir ini dan lingkup pengaruh mereka makin meluas. Anggota mereka ketika ini berjumlah sekitar 70,000 orang. Neo-Nazi telah menetapkan berbagai sasaran mereka di negara-negara yang berbeza.

Menurut sebuah penelitian, orang-orang Turki di Jerman, Gipsi di Hungari, Slovak dan Republik Cekolovakia, orang-orang Asia di Britain, orang-orang Afrika Utara di Perancis, dan orang-orang Timur Laut di Brazil, adalah di antara orang-orang yang sudah tercatat sebagai korban. Ciri-ciri menonjol neo-Nazi adalah kekerasan, kebencian, penggunaan ancaman, dan perosak.

Menurut catatan resmi di Jerman, pada tahun 1997 saja terjadi 10,037 kali kejadian yang berkaitan dengan rasisme dan anti-bangsa lain. Angka ini pada tahun 2000 mencapai lebih dari 10,000 kali. Di Britain, terjadi 10,982 kejadian yang berkaitan rasisme pada periode antara April dan September saja. Lebih dari separuh dari kejahatan ini meliputi ancaman, gangguan, dan intimidasi. Sisanya terdiri atas pembunuhan, penyerangan, perosak rumah dan usaha, dan lain-lain.

Buku The Turner Diaries dan Hunter, ditulis oleh William Pierce dengan nama samaran Andrew Mcdonald, salah seorang pemimpin National Alliance, merupakan sumber inspirasi yang penting bagi kalangan rasis di seluruh dunia. The Turner Diaries menceritakan bagaimana seorang rasis sendirian mengebom markas FBI. Pahlawan dalam buku Hunter membunuh orang Yahudi dan orang-orang minoriti lainnya.

Louis Beam dam William Pierce, pengemuka fahaman ekstrem kanan Amerika, saling menyokong pada posisi yang penting dalam gerakan neo-Nazi yang berkembang dalam tahun 1990-an. Pemikiran seperti ‘penentangan tanpa pimpinan’ dan ‘revolusi putih’ yang dikemukakan kedua orang ini sekarang telah menguasai pemikiran dari gerakan neo-Nazi.

Pada dasar dari berbagai tindakan keganasan, seperti pengeboman, penjarahan, dan perosak tempat-tempat kerja di berbagai negara di dunia, selalu dapat ditemukan pemikiran mereka tentang ‘penentangan tanpa pimpinan’. Menurut pemikiran mereka, tindakan neo-Nazi harus dilaksanakan atas dasar gerakan perorangan dan golongan-golongan kecil.

Buku Hunter dan The Turner Diaries yang ditulis oleh William Pierce telah dianggap sebagai sumber ilham utama di sebalik keganasan neo-Nazi. Tulisan yang bertajuk A Practical Guide to Aryan Revolution oleh Gerakan Nasionalis Sosialis Perancis, yang mengambil buku-buku tersebut sebagai dasar teorinya, berisikan semua keterangan yang diperlukan seorang neo-Nazi.

Hasil karya ini merupakan buku panduan teroris yang terperinci, yang terbagi dalam bab-bab yang berjudul seperti Kaedah Aksi Langsung Terselubung, Pelarian dan Persembunyian, Pembunuhan, Keganasan Bom, Sabotaj, Perang Bangsa, Bagaimana Menciptakan Keadaan Revolusi, Peraturan Pertempuran: Aturan Tentang Perilaku Perajurit dari Tentera Pembebasan Bangsa Arya.

Meskipun mereka tidak berperanan giat dalam golongan-golongan ini, ramai orang yang justeru menyokong fasisme dan terpengaruh oleh buku-buku ini. The Turner Diaries, misalnya, menggambarkan tentang bagaimana sebuah golongan bawah tanah mengatur diri dalam menentang negara dan kegiatan apa yang mereka lakukan. Dalam pembelaannya, seorang lelaki bernama John William King, yang membunuh seorang pria berkulit hitam bernama James Byrd Jr. pada tahun 1998 dengan mengikat dan menyeretnya di belakang kereta pick-up, dilaporkan telah menyatakan, ‘Kami akan memulai The Turner Diaries lebih dini.’

Menyusul pemboman Oklahoma 1993 oleh Timothy McVeigh, perhatian beralih kepada buku William Pierce, Hunter, di mana di dalamnya Pierce menggambarkan tindakan seorang pengebom yang bertindak sendirian. Pahlawan dalam buku ini tidak mendapat dukungan dari golongan atau pertubuhan mana pun, tetapi dengan sedar melaksanakan serangan teroris sendirian, seperti yang telah dilakukan oleh Timothy McVeigh. Ideologi neo-Nazi, yang bergerak pesat kembali di seluruh dunia dalam tahun-tahun terakhir, mengubah anggotanya menjadi orang yang menikmati kekerasan dan pertumpahan darah. Gerakan neo-Nazi memikat anggota masyarakat yang apatis dan tetap menjadi ancaman di banyak negara.

Pengebom Oklahoma Adalah Seorang Neo-Nazi

Hingga 11 September 2001, serangan teroris terburuk yang pernah disaksikan orang Amerika adalah serangan pada Bangunan Federal di Oklahoma oleh Timothy McVeigh, yang mengakibatkan 168 orang kehilangan nyawa, termasuk sejumlah anak-anak. yang menarik dari pengeboman ini adalah Timothy McVeigh merupakan anggota dari sebuah aliran pemujaan sesat dan juga seorang neo-Nazi.

McVeigh menyatakan bahawa pengeboman itu merupakan pembalasan atas David Koresh dan pengikutnya yang terbakar sampai mati di sebuah pertanian pada 1993. Menurut McVeigh, Koresh dan anggota aliran pemujaan tersebut tidaklah bunuh diri, tetapi dibunuh oleh negara Amerika sendiri. Lantaran itulah, dia memutuskan untuk membalas dendam terhadap negara dan berencana mengebom orang-orang yang bekerja atas nama negara di Bangunan Federal.

Tepat dua tahun setelah kematian Koresh dan pengikut aliran pemujaannya, pada peringatan tahun kedua kejadian itu, McVeigh dengan darah sejuk meletakkan kenderaan yang penuh bahan peledak di hadapan Bangunan Persekutuan dan selanjutnya telah tercatat dalam sejarah.

Setelah serangan, McVeigh dibantu oleh seorang neo-Nazi lainnya, Terry Nichols. Kenyataan terpenting dari terungkapnya orang-orang yang membantu Nichols dan McVeigh sebelum penyerangan, yang membantu pengadaan bahan peledak dan mengetahui apa yang direncanakan McVeigh, adalah bahawa mereka semuanya pengikut neo-Nazi.

Seketika sebelum hukuman matinya, McVeigh mengirimkan sepucuk surat kepada The Buffalo News yang di dalamnya ia berkata tidak menyesali pengeboman itu, yang ia pandang sebagai sebuah ‘taktik yang sah’ dalam peranan peribadinya menentang pemerintahan persekutuan. Serangan tersebut, akibat terganggunya jiwanya, sekali lagi merupakan petunjuk jelas tentang betapa hebat kerosakan yang ditimbulkan oleh gerakan yang sedang kita bahas terhadap perorangan mahupun masyarakat.

Seperti yang telah dapat kita ketahui dari banyak contoh, orang-orang yang terperanankap di dalam sistem Dajal percaya bahawa adalah hal yang sangat dapat dibenarkan jika kita membezakan manusia atas dasar bangsa, bahasa, dan jenis kelamin, dan melakukan keganasan terhadap mereka. Bahkan, membeza-bezakan antara masyarakat itu boleh berubah menjadi sejenis perbuatan membabi buta yang mengarah pada peranan dan penghancuran. Orang-orang diserang hanya kerana bahasa, agama atau bangsa mereka, dan tanpa sebab harus menderita berbagai bentuk penyiksaan.

Salah satu penyebabnya, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Quran, adalah kerana syaitan menampakkan ‘keganasan fanatik’ sebagai hal yang benar dan terhormat. Kebanyakan dari golongan-golongan yang ketika ini mendorong terorisme, atau yang melakukan tindakan sedemikian, telah terperanankap dalam godaan ini dan mendasarkan tindakannya pada pernyataan-pernyataan rasis.

Jelaslah dari ayat-ayat berikut betapa besarnya hasutan-hasutan rasis tersebut melanggar prinsip-prinsip Islam.’Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (iaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah SWT menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin dan Allah SWT mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu.’ (Al-Fat-h [48]: 26)

Perbezaan yang ada pada manusia di dunia diciptakan agar manusia saling mengenal, untuk menjalin hubungan baik satu sama lain, bukan untuk bermusuhan satu dengan yang lainnya. Dalam Al-Quran, Allah SWT telah mengungkapkan bahawa ideologi ‘bangsa unggul’ yang menyebabkan suasana keganasan yang diinginkan oleh Dajal, adalah sama sekali palsu.

Hanya akhlak yang lebih baik yang memberikan suatu keunggulan kepada masyarakat, budaya, atau individu. Memang, apapun bangsa seseorang, apapun bahasa yang dipakainya, atau apapun warna kulit mereka, semua itu tidaklah menentukan. Mencuba mengungkit keunggulan atas dasar nilai-nilai tersebut di atas dan melabuhkan perasaan benci terhadap masyarakat lainnya, merupakan akibat dari fahaman-fahaman Dajal.

Berikut ini, Allah SWT berfirman bahawa perbezaan antarabangsa merupakan alat untuk menciptakan persahabatan dan pertukaran budaya, dan keunggulan hanya tergantung atas takwa, dengan kata lain, atas iman dan akhlak. ‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.’ (Al-Hujuraat [49]: 13)

Syaitanisme, Keganasan Oleh Syaitan

Syaitanisme (Satanism, ajaran syaitan) adalah ajaran sesat yang menjadikan kekerasan dan kebiadaban sebagai ibadah dalam ajarannya. Pemeluk Syaitanisme (Satanist), orang-orang yang menyebut dirinya demikian, menjadikan perbuatan tidak berperikemanusiaan dan keganasan sebagai tindak pemujaan.

Ketika kata Syaitanisme disebutkan, sebahagian besar orang hanya membayangkan penyebaran pengaruhnya atas jiwa kalangan muda dan menganggapnya sebagai gerakan mistik yang tidak begitu penting. Juga, kerana pengaruh media massa, mereka mungkin mengira pemeluk Syaitanisme sebagai orang-orang yang melakukan ibadah aneh, yang tidak dilakukan oleh orang waras dan orang biasa pada umumnya.

Memang benar bahawa pemeluk Syaitanisme merupakan bahagian dari budaya kekerasan dan melakukan ibadah yang aneh serta mengerikan, namun yang tidak diketahui oleh sebahagian besar orang adalah bahawa Syaitanisme merupakan fahaman materialis dan ateis yang menyokong kekerasan dan sudah ada sejak 1800-an. Ideologi tersebut bahkan mempunyai banyak pengikut di seluruh dunia.

Prinsip utama Syaitanisme adalah penolakannya terhadap semua nilai agama, mengambil syaitan sebagai tuhannya, dan menyatakan bahawa neraka merupakan suatu jalan keselamatan. Menurut kepercayaan Syaitanisme, manusia tidak mempunyai kewajiban selain dari memuaskan hasratnya sendiri. Jika hasratnya mengarahkan dirinya pada kemarahan, kebencian, dendam, tipu daya, pencurian, dan menyakiti orang lain atau bahkan pembunuhan, hal tersebut lumrah.

Jalan fikiran dasar Syaitanisme bersandar pada (yang menyokong kepercayaan tersebut) pernyataan bahawa penghindaran kejahatan merupakan bentuk ketidakjujuran. dengan kata lain, kepercayaan sesat ini percaya jika hasrat seseorang mendorong dirinya untuk membunuh orang lain dan jika dia bertindak menuruti dorongan itu, dia telah bertindak jujur.

Kebaikan, seperti cinta, tenggang rasa, kesabaran, dan sifat pemaaf, yang sangat dihormati oleh sebahagian besar manusia dan merupakan bahagian dari moral yang benar, justeru dibenci oleh penganut Syaitanisme. Ideologi menyimpang ini menyatakan bahawa tidak boleh ada pembatasan atas kejahatan dan perasaan seperti kebencian, kemarahan, dan dendam.

Pasal 5 dari The Satanic Bible, yang diterima secara luas sebagai buku acuan Syaitanisme, menyatakan - bertolak belakang dengan prinsip Alkitab yang mengatakan ‘kepada orang yang menampar pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu’ - bahawa ‘syaitan menyukai pembalasan dendam, bukan menyerahkan pipi kananmu’. Di bahagian lain buku tersebut terdapat perintah, ‘Bencilah musuhmu dengan sepenuh hati, dan jika seseorang menamparmu di pipi kirimu, HAJAR dia di pipi kanannya.’

Jelaslah bahawa menurut pemikiran seperti itu, akan mustahil untuk mencegah setiap bentuk kejahatan. Suasana seperti ini tidak pelak lagi akan mengarah kepada kekacauan dan perselisihan. Mustahil berbicara tentang ketertiban, ketenangan dan keamanan, maaf-memaafkan, atau tenggang rasa dalam masyarakat yang orang-orangnya tidak mendengarkan suara nurani mereka sehingga tidak boleh membezakan antara kebaikan dan keburukan, atau menggunakan kehendak dan keputusannya untuk melakukan kebajikan.

Dalam lingkungan seperti itu, seseorang yang merasakan kemarahan terhadap orang lain, ia tidak akan mampu menahan amarah dan bersikap tidak berlebihan, dan akhirnya akan berusaha membalaskan dendamnya. Atau, daripada bersikap sabar dalam keadaan sulit dan miskin, dan mencuba mengatasi masalah menurut akal sihat, orang-orang ini malah memilih pencurian dan tindak kejahatan lainnya. Syaitanisme merupakan pembenaran mereka dalam melakukan hal tersebut.

Jenis masyarakat yang diinginkan oleh ideologi Syaitanisme tidak mengenal aturan dan batasan. Tujuannya adalah kebebasan menyatakan hasrat dan kejahatan. Dalam bukunya The Satanic Bible, Anton LaVey, yang dianggap sebagai pendiri Syaitanisme moden, menganjurkan pada pengikutnya agar mereka hidup dengan dan untuk menganjurkan kejahatan sesuka mereka. Dalam sebuah wawancara, LaVey bahkan berkata, ‘Saya merasa bahawa hukum, tentunya, dibuat untuk dilanggar. Saya tidak melihat ada yang salah dengan merompak orang di jalan.’

Penolakan Syaitanisme untuk mengakui adanya batasan, tidak berhenti sampai di situ. Manusia tidak hanya akan menyakiti diri mereka sendiri dan orang di sekeliling mereka, tetapi juga akan menujukan permusuhan dan kemarahannya kepada semua orang. Lebih jauh dari itu, penolakan untuk mengakui batasan akan mengarah pada dianggapnya kekerasan sebagai bahagian tidak terpisahkan dari kehidupan.

Menurut Syaitanisme, kekerasan merupakan kenyataan semula jadi, dan dengan begitu tidak boleh dihindarkan. Lantaran itu, pandangan yang sesat ini menyatakan adalah sangat dibolehkan jika ada orang yang ingin menggunakan kekerasan. Kerana segala usaha mencegah atau mengurangi kekerasan itu melanggar apa yang disebut semula jadi, segala usaha untuk melakukan hal itu adalah sia-sia, sehingga juga tidak masuk akal.

Seperti yang telah kita lihat, Syaitanisme menganut kepercayaan yang amat sesat, yang mendorong manusia untuk bertindak membabi buta, untuk melakukan pembunuhan, bahkan pembunuhan orang awam. Di Amerika, khususnya, para akademik sepakat bahawa Syaitanisme berada pada akar keganasan nasional dan harus diambil langkah serius untuk mengatasinya.

Salah seorang dari para akademik tersebut, Carl Roschke, seorang pensyarah di Denver Univesity, menekankan pentingnya masalah ini dengan menyatakan, ‘Kita jelas-jelas sedang berurusan dengan jalan yang ditempuh fikiran syaitan yang mendasari terorisme dalam negeri.’

Roschke berkata bahawa langkah terpenting dalam peranan yang akan dilancarkan terhadap Syaitanisme adalah dengan menyatakan bahawa para pengikut Syaitanisme bukanlah sekadar ‘orang gila yang tidak berbahaya’, kerana jika kejahatan mereka ditelaah, kita akan fahaman betapa berbahayanya orang yang mengaku sebagai penganut Syaitanisme. Tidak disangkal lagi, pertempuran terpenting menentang gerakan seperti ini harus pula bersifat peranan pemikiran, sehingga kita harus mengenal atas dasar ideologi apakah Syaitanisme itu didirikan.

Darwinisme - Dasar Pemikiran Syaitanisme

The Secret Life of a Satanist merupakan biografi Anton LaVey. Salah satu cara yang paling lazim digunakan oleh pemeluk Syaitanisme untuk memperkenalkan diri mereka, dalam buku-buku, majalah dan terbitan-terbitan, dan juga situs internet mereka, adalah menganggap manusia sebagai ‘jenis binatang yang sudah maju’ dan menyatakan bahawa ‘hanya yang terkuat dapat bertahan’.

Inilah bukti terpenting yang membuktikan bahawa Darwinisme terdapat pada akar kepercayaan pemeluk Syaitanisme. Kenyataannya, banyak pemeluk Syaitanisme yang tidak ragu mengakui kenyataan itu. Dalam A Description of Satanism, seorang penulis Syaitanisme menggambarkan ideologi ini dalam kalimat berikut: ‘Pertama sekali, manusia adalah binatang social, semua orang dan binatang saling berbagi sumber daya yang sama dalam kehidupan. Syaitanisme adalah kepercayaan bahawa manusia itu tidak lebih dari sekadar jenis binatang yang lebih tinggi tingkatannya: kita tidak mempunyai tempat khusus dalam penciptaan kecuali selain lebih beruntung telah berevolusi dan bertahan...’

Terbitan pemikir Syaitanisme lainnya, The Church of Satan, menggambarkan bagaimana mereka mempercayai bahawa manusia adalah jenis binatang yang telah maju, ‘Kerana Syaitanisme mengakui bahawa manusia adalah binatang, telah banyak pencipta di banyak kebudayaan masa lalu yang menerima pandangan ini dan menyelidikinya dalam lingkup masyarakat mereka, sehingga kita menggali pernyataan falsafah seni ini dan memandangnya sebagai akar dari kesedaran kita ketika ini.’

Jelaslah dari penjelasan tadi bahawa Syaitanisme menganggap teori Darwin, bahawa manusia berevolusi dari binatang, sebagai sumber dari ‘kesedaran’ ideologinya. Dalam pembukaan sebuah wawancara dengan Anton LaVey, yang dilakukan jurnal muzik MF Magazine, digambarkan suatu hubungan antara Syaitanisme dan Darwinisme,

Satan Speaks dan The Devil’s Notebook oleh Anton LaVey mengungkap kepercayaan menyimpang pemeluk Syaitanisme. ‘Pada akhir 1960-an, Anton LaVey mengemukakan sebuah doktrin yang boleh difahami dengan mudah tentang Darwinisme sosial dan pemikiran positif yang kuat (bersifat magik) kepada sejumlah orang-orang yang makin meningkat jumlahnya, yang sudah bosan baik pada hura-hura mahupun pada moral Kristian yang buruk.’

Mgr. Peter H. Gilmore, seorang pendeta pada Gereja Syaitan (The Church of Satan), menggambarkan agama sesat ini dengan pernyataan berikut. ‘Marilah kita tinjau Syaitanisme moden yang sebenarnya: sebuah agama ganas dan biadap dalam golongan tersendiri dan Darwinisme Sosial yang bertujuan untuk menegakkan kekuasaan golongan yang kuat atas orang-orang bodoh, keadilan kilat atas ketidakadilan, dan penolakan atas segala bentuk persamaan sebagai mitos yang telah menghambat kemajuan makhluk manusia selama dua ribu tahun terakhir.’

Tentu saja, pemikiran tentang keadilan, seperti yang disebutkan di atas, sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan makna keadilan yang kita anggap sewajarnya, iaitu, yang ditegakkan atas prinsip-prinsip persamaan. Pendapat di atas merupakan sebuah pemikiran pemeluk Syaitanisme tentang keadilan.

Seperti yang akan terlihat dari penjelasannya, pendapat ini membolehkan siapapun yang menganggap dirinya lebih unggul dari orang lain untuk menyerobot semua hak dan kekuasaan. Cara-cara Syaitanisme yang memiliki begitu banyak kesamaan dengan Darwinisme Sosial, yang menganggap masyarakat Barat lebih unggul daripada masyarakat lain, telah mengarah pada kerja sama antara penganut Syaitanisme dan gerakan rasis, dan pengagungan terhadap bangsa sendiri lainnya, terutama fasisme.

Kita dapat menemukan individu-individu yang percaya pada Syaitanisme di antara pengikut Sosialis Nasional Hitler dan Baju Hitam Mussolini. Anton LaVey mengutip adanya kerja sama tersebut, ‘Itu adalah persekutuan kotor. Ramai orang seperti itu dari kalangan berbeza yang dulu pernah menghubungi kami. Kekuatan anti-Kristian dari Sosialis Nasional merupakan bahagian dari daya tarik orang-orang Syaitanisme: dalam drama, pencahayaan, tarian, yang mereka gunakan untuk menggerakkan jutaan orang.’

Darwinisme merupakan landasan utama yang memiliki kesamaan kecenderungan dengan Syaitanisme. Darwinisme Sosial, yang terletak di jantung ideologi-ideologi menyimpang ini, dibela oleh para satanis sebagai berikut:

‘Salah satu kriteria utama yang dikemukakan oleh teori eugenika adalah ukuran tengkorak manusia. Menurut pernyataan yang tidak ilmiah ini, orang-orang dengan tengkorak yang lebih kecil itu lebih terbelakang dan akan mengalami kemusnahan.’

‘Prinsip kemampuan bertahan hidup golongan yang kuat diajarkan pada semua tingkat masyarakat, mulai dari membiarkan seseorang bertahan atau kalah, hingga membiarkan bangsa-bangsa yang tidak mampu mengurus dirinya sendiri menerima akibat dari ketidakmampuannya.’

‘Akan terjadi pengurangan penduduk dunia sebagai akibat yang lemah dibiarkan untuk menderita akibat Darwinisme Sosial. Begitulah alam selalu bertindak untuk membersihkan dan memperkuat anak-anaknya. Kami menerima kenyataan dan tidak mencuba untuk mengubahnya agar menjadi angan-angan kosong yang berlawanan dengan kenyataan sesungguhnya.’

Pendapat Syaitanisme lain yang berkaitan dengan Darwinisme Sosial adalah dukungan kuat mereka untuk teori eugenika, yang merupakan hasil dari fasisme. Teori eugenika menyatakan bahawa orang-orang yang sakit dan cacat seharusnya disingkirkan dari masyarakat, sedangkan jumlah individu-individu sihat diperbanyak melalui perkembangbiakan.

Teori ini paling banyak diterapkan oleh Nazi Jerman. Menurut teori eugenika, seperti binatang ternak yang dikembangbiakkan dengan mengahwinkan jenis ternak yang sihat, begitu jugalah bangsa manusia juga dapat diperbaiki. Unsur-unsur yang menghalangi pembiakan (orang sakit, cacat, terbelakang, dan lainnya) perlu dibasmi. Sewaktu tindakan ini diterapkan oleh Nazi Jerman, puluhan ribu orang yang menyandang penyakit turunan dan kejiwaan dibunuh dengan kejam. Syaitanisme juga menyetujui sikap tanpa ampun yang mengerikan itu.

Buku-buku terbitan mereka mengungkap pandangan mereka tentang eugenika, ‘Para penganut Syaitanisme juga berusaha memperkaya hukum-humum alam dengan memusatkan perhatian pada praktik eugenika. Iaitu praktik yang mendorong manusia berbakat dan berkemampuan untuk berkembang biak, untuk memperkaya sifat-sifat turunan yang akan menjadi asal perkembangan bangsa kita. Hal ini telah secara umum dilakukan di seluruh dunia. Hingga kode genetika boleh dipecahkan dan kita boleh memilih sifat-sifat keturunan kita sesuai keinginan, penganut Syaitanisme berusaha menjodohkan yang terbaik dengan yang terbaik.’

Ibadah Sesat Syaitanisme

Misa hitam, juga hal-hal mengerikan yang dilakukan di dalamnya, adalah hal yang terlintas dalam fikiran seseorang ketika Syaitanisme disebutkan. Akan tetapi, ramai orang percaya bahawa hal itu hanya mungkin terjadi di dalam filem-filem dan tidak ada kejadian seperti itu dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Padahal, pemandangan mengerikan yang biasa kita lihat dalam filem-filem memang merupakan bahagian dan ciri dari ibadah serta misa pemeluk Syaitanisme. Tujuan sesungguhnya di sebalik ibadah-ibadah ini adalah untuk menjalin hubungan dengan syaitan dan mempelajari apa yang dikenali sebagai ajaran-ajarannya.

untuk melihat betapa pentingnya ibadah-ibadah jahat ini dalam Syaitanisme, tinjauan ringkas atas buku-buku dan situs internet mereka sudah lebih dari cukup. Ciri-ciri umum dari publikasi ini adalah cara mereka mempersembahkan tempat untuk hal-hal menakutkan dan menekankan pentingnya misa hitam.

Dalam sebuah situs internet Syaitanisme yang terkenal, ditampilkan berbagai pesan-pesan pemeluk Syaitanisme untuk remaja di bawah usia lapan belas tahun. Apa yang mereka sebut sebagai misa ini ditekankan sebagai bahagian terpenting dari Syaitanisme, sedangkan para pemuda yang tidak boleh menghadiri persekutuan tersebut, paling tidak harus melakukan ibadahnya sendiri. Perincian ibadah yang diperintahkan bagi para remaja adalah sebagai berikut:

‘Janganlah merasa terganggu atau takut atau mengira bahawa kamu gila ketika kamu merasa telah terhubung dengan Sang Gelap. Dekatilah Penguasa Kegelapan dengan tingkat penghormatan yang layak dan cara yang baik: itulah tujuan dari ibadah, untuk menjalin hubungan. Kamu tidaklah memerlukan semua yang disebutkan dalam buku-buku Dr. LaVey untuk melakukan ibadah yang bermakna…’

‘Mungkin kamu tidak mempunyai wang untuk mendapatkan atau mempunyai tempat individu untuk menyimpan benda-benda seperti pedang, piala, jubah hitam, gong, atau altar yang mewah. Inilah ibadah sakti yang boleh kamu lakukan. Nyalakan lilin dan letakkan di hadapanmu…’

‘Sambil memandang nyalanya, ucapkan dalam hatimu atau dengan keras, ‘Aku siap, wahai Penguasa Kegelapan. Aku merasakan kekuatanmu dalam diriku dan bermaksud menghormatimu dalam kehidupanku. Aku salah satu milik syaitan. Hidup syaitan!’ Inilah cara paling sederhana untuk memunculkan syaitan dalam kehidupanmu.’

Internet merupakan salah satu alat propaganda pemeluk Syaitanisme yang paling sering digunakan. Kalangan muda dipikat memasuki dunia kegelapan dalam situs-situs ini, tempat mereka dipengaruhi ke dalam kesesatan dan kekerasan, dan mendorong mereka untuk menaati perintah syaitan dan ambil bahagian dalam ibadah-ibadah yang meliputi pembunuhan, penyiksaan, dan bentuk keganasan lain.

Kita dapat mengenali kesesatan seperti itu, kebejatan moral, dan kebiadaban dalam masyarakat manapun yang menjadikan syaitan sebagai pembimbingnya. Bagi pemeluk Syaitanisme, semua ini diilhami oleh syaitan sendiri dan harus ditaati. Pemeluk Syaitanisme, yang memang setia menjalankannya, terjerumus ke dalam bentuk penyimpangan seksual, penyiksaan manusia dan juga binatang, dan bahkan melakukan hal-hal yang menjijikkan, seperti meminum darah makhluk atau manusia yang mereka bunuh.

Di banyak negara di dunia, para pemuda yang menyebut diri mereka sebagai pemeluk Syaitanisme mengadakan pesta narkoba ketika segala jenis kebejatan dan penyimpangan dilakukan, yang acapkali diakhiri dengan pembunuhan salah seorang dari mereka atas nama syaitan.

Cara penganut Syaitanisme yang menekankan pentingnya penumpahan darah dalam ibadah-ibadahnya merupakan contoh kecil dari rencana syaitan untuk umat manusia. Syaitan membenci umat manusia dan menginginkan timbulnya penderitaan sebanyak mungkin. Lantaran itu, merupakan tujuannya untuk mengisi dunia dengan pertumpahan darah.

Ideologi-ideologi Dajal yang telah dibicarakan di awal, seperti fasisme, rasisme, dan komunisme, semuanya melayani tujuan syaitan itu. Semua peperangan, pembunuhan, pembunuhan, dan tindak terorisme, yang berkaitan dengan ideologi-ideologi ateis semacam itu, semuanya merupakan ‘misa syaitan’ yang ditujukan untuk memuaskan nafsu syaitan akan darah.

Orang-orang yang secara terbuka menyebut dirinya sebagai pemeluk Syaitanisme melakukan pertumpahan darah sebagai tindak pemujaan. Orang-orang yang menghasut melakukan keganasan dan kekacauan di dunia sesungguhnya sedang melakukan ibadah yang sama, dengan cara yang lebih tersembunyi dan akibat yang jauh lebih luas. Pendek kata, syaitan, juga sistem Dajal yang ditegakkannya di dunia, tengah memanfaatkan orang-orang yang sudah berhasil dipengaruhinya dan mencuba mengubah dunia menjadi medan pertempuran yang ganas dan biadap.

Syaitanisme - Ideologi yang Telah Dikalahkan

Kita perlu mengingat pandangan-pandangan syaitan itu sendiri dalam merenungkan ancaman yang ditimbulkannya. Ketika para pemeluk Syaitanisme ditanya berapa jumlah mereka, mereka menyatakan jumlah pengikut yang besar, kerana memang ramai orang yang sebenarnya hidup dengan nilai-nilai Syaitanisme tanpa menyedari kenyataan itu.

Di satu sisi, itu memang benar. Ramai orang, yang sedar atau tidak, menyetujui pandangan para pemeluk Syaitanisme. Ini kerana dengan menolak hati nurani atau menolak hidup dengan akhlak yang terpuji, sehingga memperturutkan hawa nafsunya sendiri, adalah sama dengan mentaati perintah-perintah syaitan. Jika seseorang merenungkan segala bentuk kerosakan yang disebabkan oleh para pemeluk Syaitanisme hingga hari ini, jelaslah betapa mengerikannya akhir dari masyarakat yang berisi orang-orang seperti itu akan terjadi.

Pernyataan bahawa manusia adalah sejenis binatang, yang menjadi landasan Syaitanisme, adalah omong kosong sama sekali. Umat manusia tidak mucul sebagai hasil dari kebetulan belaka. Pencipta umat manusia, juga keteraturan serta kemegahan alam semesta, adalah Allah SWT yang Mahakuasa, Maha Unggul, dan Maha Bijaksana, Dia yang tidak mempunyai kelemahan apa pun. Dia telah menciptakan manusia dengan kemampuan berfikir dan akal, untuk membezakan antara yang benar dan yang salah, dan juga dengan tanggungjawab terhadap Sang Pencipta.

Walau nafsunya mengarahkan manusia pada kejahatan, nuraninya melindunginya dari hal demikian dan memerintahkannya untuk berpaling darinya. Kewajiban manusialah untuk mendengarkan suara nuraninya, bukan nafsunya, dan menunjukkan akhlak yang diredhai Allah SWT Akhlak seperti itu tidak hanya akan memungkinkan individu yang bersangkutan, juga masyarakat tempat kehidupannya, menikmati suasana penuh kedamaian dan keamanan, tetapi juga akan - atas kehendak Allah SWT - mendapatkan balasan kemuliaan pada hari kemudian.

Salah satu kenyataan penting yang tidak boleh dilupakan adalah bahawa kehidupan yang ditawarkan syaitan, yang dibuatnya terlihat amat menarik, hanyalah tipu daya. Syaitan boleh saja membuat segala macam janji tentang peluang dalam hidup di dunia ini, mungkin pula mencuba untuk memalingkan manusia dari jalan yang benar, namun tidaklah boleh dilupakan bahawa jalan yang ditunjukkannya untuk diikuti manusia hanya mengarah pada kehancuran bagi mereka yang menempuhnya.

Sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam ayat, ‘Mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang derhaka, yang dilaknati Allah SWT dan syaitan itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian dari yang sudah ditentukan (untuk saya), dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah SWT), lalu mereka benar-benar mengubahnya.’ Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah SWT, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.’ (an-Nisaa’ [4]: 117-119)

Aliran Menyimpang Menawarkan Kekerasan

The People’s Temple, didirikan di bawah kepemimpinan Jim Jones pada tahun 1970-an, telah tercatat dalam sejarah sebagai aliran pemujaan yang bertanggungjawab atas bunuh diri orang awam teburuk sepanjang masa. Lebih dari sembilan ratus orang, termasuk anak-anak, membunuh diri mereka sendiri dengan meminum racun.

Kita telah membahas dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya adanya aliran-aliran pemujaan tahayul yang mengikuti sistem kepercayaan yang menyimpang di beberapa negara di dunia, khususnya di Amerika Syarikat, dan bagaimana golongan ini terlibat dalam tindakan-tindakan keganasan.

Golongan-golongan mistik ini menghancurkan ketertiban masyarakat, mendorong bangsa-bangsa ke arah kekerasan, dan menjerumuskannya pada pembunuhan dan bahkan bunuh diri. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah: David Koresh dan pengikutnya yang melakukan bunuh diri orang awam, aliran pemujaan Heaven’s Gate yang melakukan hal yang sama, dan Aum Shinrikyo, aliran pemujaan yang membahayakan ratusan orang dengan melepaskan gas beracun ke jaringan kereta bawah tanah di Jepun.

Akan tetapi, di samping semua itu, setiap hari di Amerika terjadi serangan-serangan yang dilakukan golongan-golongan tidak dikenali serta bunuh diri orang awam. Bunuh diri orang awam terburuk sejauh ini adalah yang dilakukan oleh aliran pemujaan ‘The People’s Temple’.

Didirikan pada akhir tahun 1970-an, di bawah kepemimpinan Jim Jones, aliran pemujaan ini hidup menyendiri terpisah dari dunia di sebuah hutan di Amerika Selatan. Menyusul adanya sejumlah keluhan, pada tahun 1978, anggota kongres Amerika, Leo Ryan, mengunjungi wilayah Jonestown dalam misi pencari fakta.

Ketika Ryan akan meninggalkan Jonestown, delapan belas anggota aliran pemujaan yang ingin meninggalkan aliran pemujaan itu mencuba ikut menyertainya, yang sekaligus menjaketika ketika kekerasan meletus. Anggota aliran pemujaan melepaskan tembakan kepada mereka yang mencuba meninggalkan aliran pemujaan itu.

Anggota kongres Ryan, tiga orang wartawan, dan seorang anggota aliran pemujaan yang mencuba lari, terbunuh. Sebelas orang terluka. Beberapa jam setelah kejadian, pemimpin aliran pemujaan memerintahkan anggota-anggotanya untuk melakukan bunuh diri orang awam dengan meminum potasium sianida.

Anak-anak meninggal lebih dulu, bayi dibunuh dengan racun yang dimasukkan ke mulut dengan sedutan. Setelah itu, lebih dari sembilan ratus orang, termasuk anak-anak, meracuni diri mereka sendiri. Akan tetapi, pada tahun 1990-an, golongan yang menarik perhatian kerana kematian orang awam adalah aliran pemujaan David Koresh.

Ketika satuan-satuan keamanan bermaksud melakukan pemeriksaan terhadap sebuah tanah pertanian di Texas pada 28 Februari 1993, anggota aliran pemujaan melepaskan tembakan kepada mereka. Pengepungan yang berlangsung selama 51 haripun dilakukan.

Ketika seorang anggota pasukan keamanan mencuba masuk ke dalam pertanian itu pada hari ke-51, asap tiba-tiba mulai mengepul. Pasukan keamanan kemudian mengumumkan bahawa David Koresh telah membakar pertanian, dan berbagai jebakan yang dipasang di berbagai tempat pertanian itu telah mengubah tempat itu menjadi sebuah neraka, di mana sekitar sembilan puluh orang terbakar sampai mati.

Aliran pemujaan yang menyimpang kembali menjadi berita utama pada tahun 1997, ketika empat puluh orang yang mengenakan jubah hitam dan kasut olahraga melakukan bunuh diri orang awam di utara San Diego. Berusia antara 26 dan 72 tahun, mereka telah membunuh dirinya sendiri atas kepercayaan bahawa komet Hale-Bopp, yang ketika itu sedang melintasi bumi,akan membawa mereka ke tingkat evolusi yang lebih tinggi. Di bawah ini adalah bagaimana pemikiran mereka dituangkan dalam situs internet mereka:

Anggota aliran pemujaan The Heaven’s Gate percaya bahawa komet Hale-Bopp akan membawa mereka ke tingkat evolusi yang lebih tinggi. Atas dasar tersebut, mereka melakukan bunuh diri pada tahun 1997.

Khabar gembira, kerana Anggota Tua dalam Tingkat Evolusi di atas manusia telah menjelaskan kepada kami bahawa mendekatnya Halle-Bopp merupakan ‘tanda’ yang telah kami tunggu-tunggu. Masa 22 tahun di ruangan di bumi akhirnya mendekati akhir ‘kelulusan’ dari Tingkat Evolusi Manusia.

Kami dengan bahagia bersiap untuk meninggalkan ‘dunia ini’ dan pergi bersama awak Ti (Ti merujuk pada Bonnie Lu Trusdale salah seorang pendiri yang meninggal kerana kanker pada tahun 1985).’

Kisah-kisah ini rasanya mungkin hanya sedikit hubungannya dengan kehidupan kamu, para pembaca. Akan tetapi, janganlah ada yang tertipu kerana kami hanya membahas tiga contoh secara terperinci. Sejumlah besar aliran pemujaan dan pertubuhan yang menyimpang terus mempengaruhi kalangan muda di banyak negara di dunia.

Kenyataan bahawa sebahagian orang menganggap gerakan-gerakan ini jauh tidak menyentuh mereka, tidak bermakna gerakan-gerakan ini tidak menyebabkan kerosakan yang mengerikan terhadap perorangan mahupun masyarakat secara keseluruhan. Sebaliknya, semua itu telah mengungkap bentuk berbeza dari perselisihan yang diciptakan Dajal dan betapa meluasnya hal itu sesungguhnya.

Serangan Bawah Tanah

Kerosakan yang disebabkan oleh aliran pemujaan yang menyimpang terhadap kehidupan dan harta milik para anggotanya, bukanlah satu-satunya ancaman yang mereka hadirkan. Pemikiran-pemikiran menyimpang dan gaya hidup yang dianjurkan oleh aliran-aliran pemujaan ini juga merosakkan tatanan dalam masyarakat.

dari waktu ke waktu, beberapa anggotanya melakukan serangan yang ditujukan langsung kepada penduduk sipil. Salah satu contoh terbaru adalah pada aliran pemujaan Aum Shinrikyo di Jepun. Mereka melepaskan gas di dalam sebuah stasiun kereta bawah tanah di Tokyo. Aliran pemujaan ini juga dianggap bertanggungjawab atas serangan gas yang serupa di Matsumoto dekat Tokyo, di mana tujuh orang meninggal dan 144 cedera.

Anggota aliran Aum, yang percaya bahawa manusia hanya dapat membersihkan jiwanya dengan membunuh, bertanggungjawab atas kematian dua belas orang, dan ribuan lainnya cedera, ketika mereka melepaskan gas beracun sarin ke dalam jaringan kereta bawah tanah Tokyo. Menurut ajaran-ajaran pemimpin aliran pemujaan ini, Shoko Asahara, seseorang hanya boleh membersihkan jiwanya dengan cara membunuh.

Penguasaan dunia hanya mungkin melalui penerapan kekerasan seperti yang diajarkannya pada para pengikutnya. Tindakan yang oleh orang normal dianggap sebagai berdarah dingin, bagi anggota aliran pemujaan dianggap sebagai contoh moral yang benar. Sasaran pertama serangan, yang dimulai tahun 1994, adalah para hakim yang telah mengajukan tuntutan untuk aliran pemujaan tersebut dan tinggal di tempat yang disediakan oleh Kementerian Kehakiman.

Serangan pertama menyebabkan tujuh kematian. Pada ketika yang sama, aliran pemujaan tersebut memulai pembangunan fasilitas pembuat gas sarin dengan kapasiti 70 tan, atas perintah Asahara, yang juga memerintahkan pembuatan 1,000 senapang automatik dan sejuta peluru.

dengan pertolongan ahli-ahli Rusia yang dibayar aliran pemujaan tersebut, dilakukan pula usaha untuk membuat semacam senjata nuklir. Masih dalam lingkup kegiatan Asahara, dilakukan pula penculikan dan pembunuhan, khususnya pada pengacara dan jaksa yang menentang kegiatan aliran pemujaan ini.

Serangan pada jaringan kereta bawah tanah menyebabkan reaksi yang lebih keras terhadap aliran pemujaan ini. Ribuan orang yang akan berangkat bekerja terkena serangan. Dua belas orang meninggal dan lebih dari lima ribu orang mendapat perawatan di rumah sakit. Serangan itupun menjadi contoh menakutkan dari ancaman yang dihadirkan oleh golongan-golongan seperti itu terhadap kepentingan umum.

Seperti yang telah kita lihat pada contoh-contoh di atas, setiap bentuk kebejatan moral mungkin saja datang dari golongan-golongan yang mengembangkan kepercayaannya sendiri yang jauh dari akhlak agama. Anggota-anggota pertubuhan semacam itu sangat mampu melakukan segala bentuk penyimpangan, mulai dari penyalahgunaan ubat hingga pencurian, dari penculikan hingga penyiksaan, walau acapkali pada akhirnya mereka akan berakhir dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Kita tidak boleh melupakan bahawa tidaklah mengherankan bahawa orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, tidak takut kepada-Nya, dan menolak untuk mengakui akhlak yang benar, boleh terlibat dalam tindakan-tindakan kekerasan.

Hal itu kerana mereka tidak percaya bahawa mereka harus bertanggungjawab atas perbuatannya, mereka juga tidak percaya bahawa mereka akan menerima balasan perbuatan mereka di hari kemudian. Lebih jauh lagi, mereka mungkin memeluk kepercayaan yang tidak benar atau palsu dalam hal kehidupan setelah mati, yang semuanya memperturutkan hawa nafsu mereka.

Namun demikian, satu-satunya jalan yang benar adalah yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya. Setiap orang yang mengenal Allah SWT dan hidup dengan kesedaran akan hal tersebut, tidak akan bersikap berlebihan dan ia senantiasa tenang. Terlebih lagi, dalam Al-Quran, Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya.

dengan demikian, adalah mustahil bagi orang yang sungguh-sungguh beriman untuk boleh terperanankap dalam suatu bentuk kepercayaan tanpa mendengarkan suara nurani dan menggunakan kekuatan akal mereka. Orang beriman bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan nurani dalam setiap ketika kehidupan mereka, juga bertindak dengan fikiran jernih.

Hal itu pada gilirannya, akan melindungi mereka dari kebejatan moral dan kejahatan. Orang yang sungguh-sunguh beriman adalah orang yang teguh di jalan yang sudah ditetapkan Allah SWT dengan demikian, jelaslah bahawa aliran pemujaan dan pertubuhan semacamnya telah jauh berpaling dari jalan tersebut.

Tidak disangkal lagi, tindak kekerasan dan keganasan yang telah kita bahas bukanlah satu-satunya perwujudan keganasan di dunia ketika ini. Banyak pertubuhan teroris di banyak negara yang telah bertahun-tahun menyebarkan ketakutan, keganasan, dan juga kematian bagi ramai orang yang tidak bersalah.

Golongan-golongan ini meliputi IRA, yang selama bertahun-tahun telah menjadi duri bagi pemerintahan Britain; ETA di wilayah Basque, Sepanyol; ASALA, pertubuhan teroris Armenia yang selama bertahun-tahun menyerang diplomat Turki yang berdinas di luar negeri; dan Parti Buruh Kurdistan. Walau mereka mempunyai dorongan ideologi yang berbeza, semua golongan teroris dan orang-orang yang menyokong penggunaan kekerasan, disebutkan di sini atau tidak, dan sedar tentang kenyataan ini atau tidak, semuanya sepakat tentang satu hal, iaitu penolakan terhadap agama.

Apapun ideologinya dan pandangannya, alasan sesungguhnya mengapa seseorang berpaling kepada kekacauan dan kekerasan adalah kerana mereka tidak memiliki kepercayaan dan kesedaran untuk mencegah mereka melakukan perbuatan tersebut.

Kesimpulan

Seperti yang telah kita tekankan sepanjang buku ini, penolakan manusia untuk mendengar suara nurani merekalah yang memalingkan mereka ke arah kekerasan dan kebiadaban. Mereka sama sekali tidak mempedulikan kenyataan bahawa mereka bertanggungjawab terhadap Allah SWT dan mereka akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka pada hari kemudian. Lantaran itu, cara paling mujarab untuk menjauhkan orang-orang seperti itu dari kekerasan dan terorisme adalah dengan pertama-tama memulihkan ketidakpedulian yang telah menuntun mereka ke jalan yang keliru tersebut. Meski sebahagian besar bangsa-bangsa mengandalkan aparat penegak hukum dan menggunakan strategi politik serta ekonomi ketika berhadapan dengan terorisme, tidak satupun dari cara-cara ini yang mencukupi untuk memecahkan masalah mereka sendiri.

Apa yang benar-benar perlu dilakukan adalah menghancurkan dasar ideologi terorisme. Hal itu memerlukan peranan pada tingkat pemikiran untuk menentang semua ideologi yang menganjurkan kebencian dan kemarahan, dan menggantinya dengan kebaikan akhlak yang diajarkan agama. Seperti yang telah kita lihat sepanjang buku ini, Darwinisme merupakan dasar utama dari ideologi-ideologi semacam itu. Satu-satunya alasan mengapa teori tersebut, yang ketika ini telah kehilangan semua kesahihan ilmiahnya serta telah terbukti bertentangan dengan akal dan logika, masih hidup dan dihidup-hidupkan, adalah adanya ideologi yang menempel padanya.

Ketika dasarnya disingkirkan, ideologi yang dibangunkan di atasnyapun akan runtuh. dengan alasan itulah, peranan pemikiran menentang Darwinisme adalah hal yang penting untuk menciptakan perdamaian dan keamanan untuk umat manusia. Salah satu siasat penting dalam peranan seperti itu adalah pengungkapan sumber sebenarnya dari ideologi-ideologi tersebut beserta kekeliruan dan tipu dayanya. Tahap penting lainnya adalah menjelaskan akhlak agama, yang akan membawa kedamaian sesungguhnya dan keamanan.

Kerana sebahagian besar orang ketika ini hanya memiliki sedikit gambaran tentang apakah agama yang benar itu, merekapun jatuh di bawah pengaruh ateisme. Itulah sebabnya, menjelaskan agama yang benar dan mencontohkan akhlak yang diperintahkan Allah SWT ke seluruh dunia, merupakan tugas setiap orang yang tahu dan hidup di dalamnya. Ketika ini, di dunia secara keseluruhan, sistem Dajal sedang berlaku, dengan kata lain, kericuhan, perselisihan, dan kekacauan tersebar luas. Sepanjang sejarah, Allah SWT telah menghancurkan banyak sekali masyarakat yang jahat dan menyeleweng.

Semua masyarakat dan gerakan yang didirikan atas kebengisan dan kekejaman, yang menggunakan kekerasan dan terorisme, akan menghadapi akhir yang sama. Semua pelaku kekacauan dan keganasan pasti akan hancur. Semua bangsa yang menyokong kekacauan dan keganasan akan disingkirkan. Kekejaman tidak boleh bertahan. Beginilah akhir dari orang-orang zalim digambarkan dalam Al-Quran, ‘Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam.’ (Al-An’aam [6]: 45)

Dajal juga akan menghadapi akhir yang sama. Tidak ada keraguan tentang itu. Mereka yang menggunakan kekerasan dan terorisme, kerana alasan ini, haruslah berpaling dari jalan tersebut kerana dibimbangkan akan menghadapi nasib yang sama. Allah SWT berfirman bahawa Dia akan memaafkan mereka yang menyesali dosa-dosanya dan kembali kepada kebaikan. Allah SWT tidak akan menuntut tanggungjawab untuk tindakan yang dilakukan kerana kebodohan atau kerana mereka tidak mengetahui akhlak agama. Allah SWT adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi, mereka yang menganjurkan kekacauan dan menyakiti orang lain janganlah mengira bahawa ‘sudah tidak ada jalan kembali’.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk menjauhi kekacauan dan keganasan. yang mereka perlukan hanyalah meminta ampunan kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan menghentikan apa yang mereka perbuat. Ayat berikut mengungkap bagaimana Allah SWT menjanjikan pengampunan bagi mereka yang melakukan kejahatan kerana kebodohan dan kemudian mencari ampunan-Nya.

‘Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, ‘Salamun ‘alaikum.’ Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (iaitu) bahawa barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (Al-An’aam [6]: 54)