Isnin, 29 April 2013

PUISI SEPUTAR KEMBARA MEREDAH SUMATERA UTARA

Puisi
Dari Banting Ke Kota Medan

Dari Banting ke kota Medan,
kujinjing harapan dalam genggaman erat tangan isteriku,
dari tanah sejarah Jugra kampung halaman,
menyeberang selat dan laut,
tinggalkan tanah air bumi kelahiran,
tempat nelayan dan petani menggarap tanah sebidang,
demi hidup hari mendatang,
dalam debar yang panjang.

Di negeri jiran bumi nusantara
kota Medan menguntum senyum memanjang,
mesra melambai menggamit ucapan selamat datang,
akan kujalinkan jaring mimpi menjadi bulan,
akan kujadikan gebar matahari menjadi malam,
biar gelintin diapung sinar cahaya,
untuk hari-hari esok,
yang bakal kuseka awan kehidupan.

Isteriku seorang perempuan ramah dan mesra manja,
dulunya gadis hingusan desa pingitan tak pernah berdandan,
ditinggal kampung halaman membina mahligai impian,
ditinggalkan semuanya di hujung pedalaman,
dan sudah ditukar mimpi dengan kenyataan,
hidup harus diperjuangkan,
padi bernas di ladang akan ditampi ke dalam gantang.

Kota Medan diterjah dalam keringat mencari jejak,
di sini arwah bapa pernah beristeri lagi,
yang dulunya sukar dalam gelut payah kerja,
untuk sebuah keluarga,
di kota Medan ini aku akan menukar mimpi menjadi kenyataan,
perih seluruh rasa menggelodar juzuk jiwa,
bulan dan matahari hilang entah ke mana
alam kembali temaram gelap, perlahan kian pekat,
kian pekat mengubur segenap harap.

SMAHADZIR
Medan, Indonesia
27 Mei 2013




Medan, Indonesia

Puisi
Riwayat Tano Ponggol Pulau Samosir

Cerita rakyat Indonesia pelbagai ragam,
tentang Tano Ponggol diukir tangan,
berasal dari Kabupaten Samosir,
disebut Tano Magotap,
memisahkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera,
di Barat Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Wilayah Sumatera Utara.

Sebelum penjajahan Hindia Belanda,
Pulau Samosir bersatu dengan Sumatera,
hanya Samosir,
tahun 1900-an dijajah Belanda,
Ratu Willhelmina berkuasa,
kerja paksa menggali tanah hujung Tajur hingga ke Sitanggang Bau,
rodi yang sangat menyedihkan,
tanpa gaji, dikawal ketat dengan ancaman senjata,
diarah ke kepala para pekerja.

Danau Toba sebelah utara dan selatan akhirnya bersambung,
tiada lagi daratan penghubung Samosir-Sumatera,
muncullah Tano Ponggol,
Samosir menjadi Pulau Samosir dikeliling Danau Toba,
dihubungkan Jambatan Tano Ponggol.

Ratu Willhelmina perasmi Tano Ponggol,
lalu disebut Terusan Willhelmina,
demikian pengakuan orang-orang tua,
sejak kemerdekaan, Tano Ponggol tempat popular,
transit perdagangan hasil bumi dari Samosir,
tujuan kota dagang kecil Haranggaol setiap Isnin,
Tigaras setiap Jumaat,
kenderaan tasik - solu-solu penumpang Tomok - Ajibata,
lalu-lalang kapal dimanfaatkan masyarakat,
untuk berdagang jagung bakar.

SMAHADZIR
Pulau Samosir, Sumatera Utara
27 Mei 2013


Pulau Samosir

Puisi
Kala Menanti Senja Di Danau Toba

Kebiruan air yang mengalir, tasik biru ini disebut Toba,
mesranya dalam semilir angin melambai dan mencium pipi,
selembut telapak tangan isteri yang manja di malam pengantin,
tasik ini tak pernah mati, mengalir dan membawa seribu makna,
manusia yang datang dengan sejuta rencam perasaan yang membelit kalbu,
ada airmata yang mengalir kala melihat sejuk damainya kebiruan air,
bergelombang kecil menghanyutkan nestapa dan lara ke hujung horizon alam,
di sini ada resah yang tenggelam, ada gundah yang terpempan,
ada rezeki yang melimpah, ada harapan yang pasrah.

Tasik ini hidup bersama air yang dicintai tanpa mencintai,
kerana cinta bukanlah dengan air mata tetapi kudrat yang nyata,
gemercikan air yang berenang melantun tebing,
bagaikan belaian kasih pemecah kesunyian,
ada unggas yang berterbangan dari seratus bukit penjaga Danau Toba,
mengelilingi tasik, berdiri gagah perkasa menambah keindahan alam Sumatera.

Bayu belai rindu, dalam dakapan dingin malam,
melarutkan semua rasa yang ada bersama isteri tercinta,
bersama derasnya pengharapan, penantian, mengasak kerikil penantian,
biarlah rasa bermuara bak pantai memeluk ombaknya,
melepaskan rindu dalam kebersamaan kasih setia,
di tepian Danau Toba kala menanti senja.

Di sini aku ingin melepaskan jerih renyah kehidupan,
yang membelit dan merajalela,
inginku benamkan segala resah ke dasar danau,
biar dibalut selut dan pepasir damai,
sebelum subuh menggamit hari.

SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera
25 Mei 2013


Senja di Danau Toba

Puisi
Nyanyian Angin Di Danau Toba

Suara-suara nyanyian itu datang dari jauh,
membentur gunung kukuh yang melengkung tasik,
dan merayap di lubang angin,
suara-suara nyanyian itu seperti datang dari seberang benua,
menumpang kapal bersauh, 
aku mendengar sayup-sayup di kejauhan,
keasyikan mengamati riak air yang bergelombang kecil,
anak-anak ikan yang menggeliat-geliat di tasik,
yang merentangkan sirip-siripnya, menggoyangkan ekornya,
ada seorang gadis berambut jagung,
bermata biru cantik, berkalung manik-manik aneka warna,
takjub memandang alunan bersisik. 

Anak-anak ikan berdada putih bermulut kecil,
gerakannya gesit dan ringan secepat mulutnya meratah makanan,
biru bening sedikit jingga memantul-mantul dibuai embun,
aduhai, alangkah indahnya.

Aku kian akrab dengan nyanyian angin,
suara-suara nyanyian itu terdengar amat lirih,
serupa desiran pawana menepuk-nepuk kain jendela,
aku termangu di bibir tasik menyaksikan anak-anak ikan putih berkejaran, 
aku melepaskan daun-daun kecil aneka warna,
aku ingin jadi angin yang bersenandung di Danau Toba. 

SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera



Danau Toba


Puisi
Mentari Danau Toba

Mentari yang diiring senja menuju sebalik bukit tua,
cahayanya menerang berkaca pada air yang tenang,
di sini aku berdiri di samping deretan kapal-kapal kecil,
milik penghuni setia Danau Toba,
sepasang burung rangkok menari di atas tebing tinggi,
memanggil rakan ajak berdansa,
di permukaan air sebuah kapal telah tiba,
dari sana di hujung Samosir,
perjalanan sudah usai, enceng gondok, 
tetap saja melambai menafkahi senyuman,
untuk dikenang.

Jangan lagi bergelombang menghempas tebing,
mereka yang datang dari dalam dan luar negeri,
hadir untuk menjadi saksi cerita riamu,
kau bentangkan luas hiasan biru yang saujana,
mengitari bukit barisan gagah yang memadu,
menjamah pengunjung setia yang ingin bertamu,
hidupmu tinggal sebatang kara sejak sekian lama,
tak kenal lelah memberi selaksa asa, 
pada pandangan mata yang belum sirna.

SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera
25 Mei 2013




Mentari Danau Toba


Puisi
Gadis Kecil Tepian Danau Toba

Gadis kecil enam tahun, duduk di tepian tasik,
taman bunga kekuningan,
burung gereja berkepak kabur,
angin bersiut kelopak bunga kertas gugur,
tasik berpendar, garis-garis melingkar,
batu diam rumput bergoyang,
biji bunga matahari gugur ke tanah, 
matahari mengelusnya ramah,
pagi merekah, biji kapas terbelah, 
gadis kecil itu tersenyum ramah.

Gadis kecil itu duduk di tepian tasik,
tatapan matanya rembulan, 
ke mana burung-burung gereja pergi,
ke mana bunga kertas yang gugur setelah dipeluk bumi,
sehelai daun lebar kuning perang terpelanting mencapai tepian tasik,
air beriak, burung berarak, di langit,
di langit tanpa batas,
gadis kecil itu menengadah.

Waktu pagi masih menyimpan kabut,
sisa embun awal musim panas menitis dari genting satu-satu,
menitis pula di pucuk daun bunga kertas,
gadis kecil itu melemparkan dedaun kering ke dalam tasik,
air berkocak seketika, ikan-ikan berpesta.
gadis kecil itu tertawa kecil nampak barisan giginya,
putih, coklat, putih, satu dua geripis,
dia mengangkat bahu, dua tangannya melintang di pinggang.
gadis kecil itu tersenyum sebelum melangkah pergi.

SMAHADZIR
Danau Toba, Sumatera
25 Mei 2013



 Danau Toba yang beralun tenang


Puisi
Ceritera Patung Sigale-gale

Kisah Sigale-gale terpatri legenda,
ada seorang raja sangat bijaksana,
tinggal di wilayah Toba,
ada seorang anak, Manggale namanya.

Pada suatu hari meletuslah perang,
raja menyuruh Manggale melawan musuh yang datang,
anak Raja tidak berpengalaman,
terkorban menjadi mangsa pertempuran.

Baginda raja sedih mengenangkan,
satu-satunya anaknya sudah menghilang,
lalu gering baginda pun menjelang,
penasihat kerajaan memanggil dukun dan pawang,
usulan pawang dipahat di kayu sebatang,
jadikan patung menyerupai wajah Manggale yang malang,
dan saranan pun dilaksanakan orang,
di sebuah hutan melintang.

Patung dipahat selesai dilaksanakan,
upacara pengangkatan Patung Manggale ke istana kerajaan,
memanggil roh Manggale, pawang meniup sordam,
dimasukkan ke dalam tubuh patung kayu sebatang.

Setelah rombongan tiba di istana,
baginda raja pun pulih dari penyakitnya,
kerana melihat patung seperti wajah anakanda.

Inilah asal usul patung Sigale-gale,
patung putera seorang Raja bernama Manggale.

SMAHADZIR
Pulau Samosir, Sumatera Utara
27 Mei 2013



Patung Sigale-gale

Puisi
Semalam Di Parapat View Hotel

Dari tingkap bilik, sajian panorama malam amat indah,
sinaran lampu dan cahaya bulan bintang berkilauan,
menyinari permukaan tasik, menggoda perasaan,
feri-feri penumpang, kolek-kolek penangkap ikan dan kapal-kapal pesiaran,
bersimpang-siur meredah kepekatan malam,
di atas permukaan tasik,
satu suasana yang aktif,
usaha manusia mencari penghidupan tersendiri,
Danau Toba tasik pelancongan,
juga tasik warga menggarap rezeki.

Bermalam di sini bermimpikan senandung bidadari,
yang berdendang dari tengah tasik,
Danau Toba yang bersisik kencana,
ada deruan semilir pawana dan kocakan riak yang menampan tebing,
segalanya mendamaikan bersama bisikan sang unggas,
merona ceria rasa yang duka,
sekian lama di gebar nestapa.

Di Parapat View Hotel ada cerita suka yang membebat kisah-kisah lara,
ada senyum tawa rakan-rakan yang berkelana,
ada gurau senda dan pelukan manja isteri tercinta,
di sini adalah syurga parawisata dan aku adalah hamba-Nya,
yang pasrah ingin menikmati wisesa keagungan-Nya,
yang wujud di serata pelosok nusantara.

SMAHADZIR
Parapat View Hotel, Sumatera Utara
25 Mei 2013


Parapat 


 Puisi
Istana Maimun

Istana kebesaran Kesultanan Deli,
warna kuning seni bina Melayu di pesisir timur,
mercu tanda terkenal Medan, ibu kota Sumatera Utara,
dirancang arkitek Itali tahun 1888,
masa pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah.

Tersergam megah di Jalan Brigjen Katamso,
Istana Maimun dipengaruhi pelbagai kebudayaan,
Melayu, Sepanyol, India, Itali, dan Islam,
Meriam Puntung peninggalan sejarah kerajaan Deli,
arah ke timur berdiri Masjid Raya Medan,
arkitek menawan daya tarik wisatawan sangat mengagumkan.

Di balairung menghadap singgahsana berwarna kuning,
kristal menyalakan lampu singgahsana,
bentuk budaya Eropah,
ruangan penobatan Sultan Deli,
pola arkitektur Belanda pintu dan jendela, lebar dan tinggi,
pintu bergaya Sepanyol unik tersendiri,
prasasti marmar di depan tangga,
huruf Latin bahasa Belanda.

Pengaruh Islam bentuk kurva atap istana,
kurva berbentuk kapal terbalik,
dikenali nama Persia Curve,
sering dijumpai pada bangunan di Turki, India dan Timur Tengah.

Sultan terakhir Tengku Mahmud Aria Lamanjiji,
hanya berkuasa selama lapan tahun,
Alam Shah Ibni Al-Marhum Sultan Azmi Perkasa,
Sultan Mahmud III Otteman Ma’amun Padrap Perkasa Alam Shah al-Haj,
ayahanda terkorban dalam kemalangan,
tinggallah Sultan muda bersama ibunya.

Di sebalik kemegahan,
ada legenda kewujudan meriam di halaman istana,
Meriam Puntung namanya,
konon dahulu ada puteri kesultanan Deli yang berkuasa,
Puteri Hijau cantik jelita,
memikat hati raja Aceh dengan wajah mempersona,
sehingga raja Aceh pun jatuh cinta,
menginginkan puteri menjadi pendamping hidupnya,
namun puteri menolak segala asa.

Akhirnya berlakulah penyerbuan ke atas Deli,
tentera Istana Maimun dipimpin abang Puteri Hijau,
sewaktu penyerbuan, terjadi sebuah keajaiban,
adik laki-laki menjadi meriam,
Aceh tetap memenangi pertempuran,
Puteri Hijau pun dibawa lari,
sewaktu berlayar ke Selat Melaka,
kejadian aneh telah terjadi,
seekor naga menghancurkan kapal raja,
konon naga jelmaan abang puteri jelita.

SMAHADZIR
Istana Maimun,
27 Mei 2013


 Istana Maimun


Puisi
Menyusur Keringat Di Kota Medan

Diapit Kabupaten Deli Serdang di barat, timur, dan selatan
di utara dalam pelukan Selat Melaka,
dihuni Melayu, Mandailing dan Jawa,
juga India dan Cina,
menyarat seluruh pelosok ceruk rantaunya.

Berkembang dari Kampung Medan Puteri,
dibina Guru Patimpus tahun 1590-an,
di Tanah Deli, dikenali ‘Medan-Deli’
pertemuan Sungai Deli - Sungai Babura.

Sultan Iskandar Muda,
panglimanya Gocah Pahlawan Gelar Laksamana Khoja Bintan,
jadi wakil Aceh di Tanah Deli,
Kerajaan Deli mulai berkembang
mendorong pertumbuhan penduduk juga budaya.

Zaman Belanda Tanah Deli sejak 1658,
Sultan Ismail, penguasa Siak Sri Indrapura,
menyerahkan Deli, Langkat dan Serdang,
Medan jadi ibu kota wilayah Sumatera Utara,
lapan sungai melintasi kota,
Sungai Belawan, Sungai Sikambing, Sungai Pulih, Sungai Badra,
Sungai Deli, Sungai Babura, 
Sungai Sulang-Saling dan Sungai Sei Kera.

Unik Medan pada beca motornya,
becak dayung, beca motor bawa penumpang ke semua arah,
bemo beroda tiga asal India, kuat bergerak menjinjing upah,
bajaj juga asal India, toyoko nama dipindah,
bakal diganti dengan Kancil, antik cilik dan lincah,
angkot, oplet dan teksi tidak ketinggalan turut meriah.

Kereta api ke Belawan utara,
Tanjungpura di barat laut,
Binjai, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar tenggara,
jalan bebas halangan Belmera,
penghubung Medan, Belawan dan Tanjung Morawa,
lebuh raya tol Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai, bakal ada.

Bangunan lama senibina Belanda,
Pejabat Pos Medan, Menara Air, Titi Gantung dan Balai Bandar Lama,
Istana Maimun, Masjid Raya Medan,
juga rumah Tjong A Fie,
tersergam megah di Jalan Jeneral Ahmad Yani.

Menyusur kota Medan,
meninggalkan nostalgia dan memorabilia,
sepanjang masa membelai mesra.


SMAHADZIR
Medan, Indonesia
27 Mei 2013



Pasar Hindu di kota Medan



Puisi
Brastagi

Indah permai nyaman dan damai,
senyuman Gunung Barus menyeringai dan melambai,
tarian panorama segar hijau mengosongkan gelutan risau,
markisa yang merkah merah kuning membelai seribu rasa,
di Brastagi tercatat segala kisah ceria,
sejak langkah terdampar di perut kembara.

Kembara di Brastagi mengundang pesona menjulang,
kuda-kuda yang menunggu merengkek senyum tenang,
menanti penunggang yang ingin berjuang,
kuda-kuda itu bukan kuda perang,
hanya kuda-kuda jinak dan manja dari kandang,
menanti pengembara yang kesepian,
datang bertandang menabur wang.

Di Brastagi tetap ada bisikan angin bukit,
senandung merdu dedaun markisa,
nyanyian nyaman rerumput teki,
lambaian patung peri, semua lengkap di sini.

SMAHADZIR
Brastagi, Sumatera Utara
26 Mei 2013



Pasar buah di Brastagi

Puisi
Bumi Sumatera Utara

Langit biru bersemi di atas wilayah nusantara,
aneka warna ragam budaya bersemi dan merata,
Danau Toba yang indah menjadi kebanggaan warga,
Masjid Raya dan Istana Maimun sebagai jejak kembara,
jejeran bukit barisan menambah anggun Sumatera Utara,
Raja Sisingamangaraja XII yang telah berjuang,
Dr Sun Yat Sen kebanggaan negeri,
keindahan alam Brastagi, Sidikalang, Kabanjahe, Asahan,
menambah semarak wajah Sumatera Utara,
etnik Melayu, Batak, Cina, bersatu dalam kebersamaan,
Ambon menambah rasa syukur dengan bumi Indonesia,
wilayah kebanggaan seluruh penduduknya,
perbezaan yang ada menambah keindahan warnanya,
PLTA Sigura-gura menjadi berharga kencana.

SMAHADZIR
Brastagi, Sumatera Utara
26 Mei 2013



Jalan raya yang terdapat di Sumatera Utara


Puisi
Brastagi Menggamit Perasaan

Kebun teh, tembakau dan ladang halia,
di kiri kanan menghala Brastagi satu fenomena menghimbau pesona,
pasar tradisional yang sesak dan meriah berirama,
peniaga dan pembeli di pasar rusuh dalam bauran aroma,
ramah dengan sapaan dan wisatawan yang mesra.

Sepanjang jalan,
diri dipeluk udara kian sejuk dan dingin,
hububan wayu yang membelai,
wisatawan singgah di kedai kopi tepian jalan,
menikmati pemandangan sekitar pergunungan.

Brastagi sangat indah, bersih dan sejuk,
kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara,
dipagar pergunungan dan hutan-hutan,
pemandangan hijau Gunung Berapi Sinabung dan Sibayak.
sayur dan buah-buahannya – markisa,
adunan saripati sirap, tetap membebat harap.

Eskapisme warga Medan penghujung pekan,
primadona Dataran Tinggi Karo,
Pasar Buah Brastagi dikunjung ramai pencinta,
transaksi jual beli terjadi hampir tiap masa,
Air Terjun Sipiso-piso destinasi wisata,
menuruni lembah dan ratusan anak tangga,
memenatkan juga, maklumlah penulis sudah tua,
namun sepadan landskap hijau indah di pandangan mata,
serasa melenyap segala lelah merajalela,
apabila mencecah airnya yang bening sejuk terasa.

Panorama Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung,
datanglah ke Bukit Gundaling,
dipagar bukit-bukau hijau terang,
etnik dominan Batak Karo,
juga tempat Desa Peceren,
Tasik Lau Kawar terletak di kaki Gunung Sinabung,
Kuil Lumbhini, replika Swedagon Wat Vietnam,
Air Terjun Sikulikap, Muzium Pusaka Karo,
Gereja Inkulturatif Karo Santo Fransiskus Asisi,
Rumah Gugung (Rumah Adat Karo) tetap dalam kenangan.

SMAHADZIR
Brastagi, Sumatera Utara
26 Mei 2013




Sibuknya warga Brastagi mencari rezeki


Puisi
Pulau Samosir Di Danau Toba

Samosir menggamit dan menghimbau lambaian,
Dari Pelabuhan Ajibata di Prapat menuju Pelabuhan Tomok,
atau Simanindo,Tigaras di Simalungun,
Pelabuhan Muara Tapanuli Utara,
menumpang feri ke Nainggolan,
jalur darat Jalan Tele ke Kabupaten Humbang Hasundutan,
melintas Jambatan Tano Ponggol kolonial Belanda,
pilihlah yang mana anda suka,
Samosir setia menunggu sarat cinta.

Pulau Samosir - pulau vulkanik di tengah Danau Toba,
Tasik Aek Natonang di Desa Tanjungan,
Tasik Sidihoni dengan Pulo Pearung di tengahnya,
di Huta Panrnakohan Lumban Suhi,
Pulau Samosir pulau di dalam pulau,
di dalam Pulau Sumatera,
Sidihoni dan Aek Natonang, tasik di dalam tasik.

Gunung Toba di dasar Danau Toba,
akan meletus bila-bila masa sahaja,
Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, 
anak Gunung Toba.

Daerah asal orang Batak,
di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula perkampungan pertama,
cagar budaya berupa Rumah Si Raja Batak,
Sigale-gale objek terkenal,
patung menari-nari di depan mata,
khabarnya, dahulu digerakkan kekuatan mistik,
kini Sigale-gale digerakkan kudrat manusia.

SMAHADZIR
Pulau Samosir, Sumatera Utara
27 Mei 2013



Pulau Samosir



Puisi
Medan

Lemparkan aku kembali ke lorong-lorong jalan kotamu,
akan kucari bekas kakiku dulu yang tertutup debu,
akan kucari titisan keringatku dulu yang menyirami bumimu.

Medan, tunjukkan aku warung-warung sajianmu,
destinasi parawisata juga syurga makanan nusantara,
wisata kuliner menggugah selera,
bawakan aku bakso atau mi sup daging,
biar aku tandangi Bakso Methodist atau Bakso Bang Iwan,
di Jalan Cik Diktiro,
daging, urat atau perut babat pilih mana yang suka,
atau tauhu isi bersalut tepung,
berinti taugeh, lobak merah dan bawang putih ditumis,
cukup enak dimakan panas,
dicicah sos istimewa, seulas cili padi.

Lemparkan aku kembali ke lorong-lorong jalan kotamu,
inginku nikmati sate memeng, ayam, lembu dan kambing,
rempah ratusnya secukup rasa, 
tekstur kacangnya kasar menyelera,
sup sum sum atau daging bakar juga jangan dilupa,
atau dorongkan aku ke daerah Setia Budi,
akan kujamah hidangan mi Aceh,
di warung Mi Aceh Titi Bobrok.

Medan, lemparkan aku kembali ke rumah-rumah rakyatmu,
akan kucari bayang juluran tanganku yang ghaib oleh waktu,
akan kucari sapaku dulu yang ditiup wayu kelabu,
lemparkan, lalu dakaplah aku ke dadamu,
biar kureguk lagi cinta kasihmu,
kasih yang perih menggoreskan derita,
kasih yang akrab memberiku makna.


SMAHADZIR
Medan, Sumatera Utara
27 Mei 2013